Sabtu, 03 Maret 2012

Tongkat Musa, Isra', Api Tak Membakar dan Shalat Dua Raka'at


Seorang peserta Pengajian mengajukan pertanyaan demikian : Saya pernah membaca catatan tentang shalat dua raka'at. Sebelum dibakar oleh rakyat Babilonia di bawah kepemimpinan dan program yang dicanangkan Raja Namrudz di tengah-tengah gunungan bahan bakar kayu yang menyala untuk membakar dirinya, Nabi Ibrahim dikatakan pada catatan itu, melakukan shalat dua raka'at. Tentu dimaksudkan dalam catatan itu, sama halnya Nabi Musa sebelum memukulkan tongkatnya ke laut ketika sedang dalam kejaran Fir'aun dan bala tentaranya, beliau shalat dua raka'at. Sebelum (peristiwa luar biasa) israa' yaitu Rasulullah menempuh perjalanan di malam hari menempuh perjalanan yang jauh dari Masjidil-haram di Makkah ke Amsjid Al-Aqsha di Palestina, bahkan kemudian mi'raj (naik) ke Sidratil-Muntaha, tidak sampai satu malam, beliau melaksanakan shalat dua raka'at. Apakah benar demikian, perlu dilakukan setiap akan melalui urusan yang berat?
Terhadap pertanyaan tersebut baik kiranya dikemukakan sebagai berikut :

Api Tak Membakar Ibrahim


Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim". (QS. 21/Al-Anbiyaa' : 69)

Tongkat Musa

Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (Asy-(QS. 26/Syu'araa' : 63)


 Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (QS. 2/Al-Baqarah : 60)
 

Israa' :

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil-Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. 17/Al-Israa' : 1)


Hubungan antara api yang tidak membakar dengan Nabi Ibrahim adalah hubungan ketaatan pada Allah Rabb Semesta alam.
Demikian pula hubungan antara tongkat, batu, air memancar dan air lautan dengan Nabi Musa adalah juga hubungan ketaatan masing-masing makhluk itu pada Allah Rabb semesta alam.

Masing-masing makhluk itu dalam keadaan mentaati Allah Rabb semesta alam. Nabi Ibrahim dan Nabi Musa adalah makhluk manusia yang mentaati hukum, ketentuan dan takdir Allah tentang manusia. Sedangkan api, batu, air dan sebagainya adalah makhluk Allah yang mentaati hukum, ketentuan dan takdir Allah tentang alam, tentang dirinya alam.

Hal yang sama adalah yang ada pada peristiwa Israa' Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Hubungan antara Rasulullah dan masing-masing wujud alam yang menyamngkut peristiwa Israa' itu adalah hubungan ketaatan pada Allah Rabb semesta alam.

Demikian pula misalnya shalat dua raka'at sebagaimana dalam hadits berikut ini :

Dari Abdullah bin Abi Aufa Al-Aslamy, ia berkata : Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa yang baginya ada hajat (keperluan) pada Allah atau pada salah seorang dari makhluknya maka hendaklah ia berwudhu dan shalat dua raka'aat, kemudian hendaklah membaca :
Tiada yang hak diibadati kecuali Allah yang Mahasantun lagi Mahamulia. Mahasuci Allah Rabb-nya 'Arsy yang agung. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Allahumma ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada Engkau dijawabnya (permintaanku akan) rahmat-Mu, dambaanku akan ampunan-Mu, perolehan akan setiap perbuatan bakti, keselamatan dari setiap dosa. Aku memohon kepada Engkau kiranya Engkau tidak membiarkan bagiku ini sesuatu dosapun kecuali Engkau mengampuninya, tidak pula yang membuatku merana kecuali Engkau berikan jalan keluarnya dan tidak pula sesuatu hajat yang adalah bagi-Mu Engkau ridha kecuali Engkau memenuhinya bagiku.

Kemudian ia meminta kepada Allah akan urusan dunia dan akhirat apa yang ia kehendaki, maka sesungguhnya ia akan ditakdirkan (HR. Ibnu Majah)

Apabila shalat dua raka'at sebagaimana riwayat hadits dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam tersebut untuk tidak memutus hubungan ketaatan pada sunnah kenabian yang berarti mentaati kitab-kitab Allah dan sunnah kenabian maka ialah shalat dua raka'at mengikuti sunnah kenabian, ialah shalat mentaati ajaran Allah dan Rasul-Nya, ialah merupakan sinergi ketaatan manusia dengan ketaatan malaikat pada hukum Allah tentang malaikat dan ketaatan alam semesta pada hukum Allah tentang alam (hukum alam) bukan hanya sekedar harmoni mikrokosmos (jagat cilik) dan makrokosmos (jagat gede) saja, bukan pula harmoni antara kerajaan ghaib dan kerajaan manusia. 
Sinergi ketaatan itu tergambarkan sebagai berikut :
Tetapi apabila yang dituju dengan shalat dua raka'at tersebut adalah untuk terjadinya peristiwa luar biasa seperti api yang tidak membakar, tongkat Nabi Musa, israa' dan mi'rajnya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam maka adalah mengganti ketaatan pada kitab-kitab Allah dan sunnah kenabian dengan semacam batu Ponari
Maka adalah secara pasti terhempas dari sinergi ketaatan pada hukum Allah masing-masing tentang malaikat, alam semesta dan hukum Allah tentang pri kehidupan diri manusia sebagaimana tergambarkan sebagai berikut :.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BULAN SUCI DIBAWAH KAKI ZIONIS

Disampaikan pada : Forum Kajian AT-TAUBAH Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK. UNDIP/RSUP Dr. Kariadi Semarang, Ahad 23 November 20...