Kamis, 20 Oktober 2011

Kepercayaan Hari Buruk, Takut Mati dan Thiyarah

Pertanyaan Tanggal 15 Oktober 2011 :
Dari SMS HP. Nomor   0877313xxxxx
Menurut Islam, haruskah setiap orang yang mau menikah mencari kesesuaian hari dengan hari pasaran (seperti dalam kalender Jawa, ada yang menyebutkan : pon, wage, kliwon, legi dan pahing) kelahiran calon penganten? Katanya biar tak ada hal-hal yang mengganggu dalam pernikahan.

Jawaban :
Tidak ada dalam ajaran Islam  bahwa setiap orang yang mau menikah harus mencari kesesuaian hari dengan hari pasaran masing-masing kelahiran calon pengantin.
Gangguan syaithan yang menyesatkan manusia pasti ada. Kalau ada hari baik seperti anggapan akan kesesuaian hari dengan hari pasaran kelahiran, berarti ada hari yang tidak baik, hari yang membuat kesialan, penyebab keburukan. Maka mengapa Allah menjadikan sesuatu hari, misalnya itu, tidak baik. Padahal yang tidak baik kemudian mengenai diri manusia itu adalah perbuatan manusia atau jin itu sendiri, bukan harinya yang buruk yang menyebabkan kesialan.

Pertanyaan selanjutnya :
Kalau misalnya menurut hari pasaran kelahiran kedua mempelai itu tidak diperhitungkan, katanya, terus salah satu dari kedua mempelai itu meninggal dunia yang dengan demikian perlu dipenuhinya syarat-syarat tententu supaya tidak meninggal dunia. Bagaimana ?
Soalnya ada hal yang kejadiannya seperti itu. Maka kalau mempercayai hal seperti itu, orang berarti musyrik, menyekutukan Allah ?

Jawaban :
Ada kesalahan pertama, yaitu : kematian dianggap pasti merupakan kesialan atau kemalangan. Saya sendiri menikah tanggal 1 Sura/Muharram. Seandainya dengan begitu, kemudian saya mati, saya ridha, saya bahagia karena kematian saya adalah kesaksian saya bahwa saya hanya terikat dengan ajaran yang diwahyukan Allah. Tentu saja ridha dan bahagia bila memang yang demikian itu adalah kematian yang untuk nasib di akhiratnya dirindukan. Bukankah ada kematian sedemikian itu yang pendambaannya menjadi bagian sikap mental orang beriman pada Allah dan alam akhirat.
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ  فَرِحِينَ بِمَا ءَاتَاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ   يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ
Janganlah engkau mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di fihak Rabb mereka dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan ni`mat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan balasan nilai amal orang-orang yang beriman. (QS. 3/Aali 'Imraan : 169-171)

Takut mati itu yang pasti kematian merupakan masa depan setiap makhluk yang hidup, secara pasti pula takut mati itu kaitannya adalah cinta dunia. Bila takut mati dijadikan alasan bersikap, termasuk juga bila hal itu menjadi sikap dalam upaya dan ritus peribadatan yang dengan demikian timbul persyaratan yang tidak diajarkan Allah, maka dengan sendirinya menjadi bagian yang dengannya orang-orang Yahudi berideologi, berkeagamaan memelesetkan ayat-ayat Allah dalam al-Kitab yang diwahyukan kepada setiap Rasul-Nya. Dengan sendirinya menjadi penganut ideologi takut mati dan pemeluk agama takut mati, apapun sebutan yang dilebelkan pada ideologi dan agama itu.

Qadzafi Dibunuh oleh ideologi dan agama takut mati yang paling"beradab"
Demikian itulah yang Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :
قُلْ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ ِللهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ   وَلاَ يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ   قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاَقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kalian mendakwakan bahwa sesungguhnya kalian sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematian kalian, jika kalian adalah orang-orang yang benar".
Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zhalim.
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada (Allah), yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepada kalian akan apa yang telah kalian kerjakan". (QS. 62/Al-Jumu'ah : 6-8)
Sesama dari Bangsa Muslim merayakan kematian Qadzafi yang dibunuh oleh kekuatan yang bangsa dan agamanya asing
Kesalahan kedua : Hari tertentu dipandang baik, yang dengan demikian tentu ada hari yang lain yang dipandang sebagai hari penyebab kemalangan, yang demikian ini supaya orang jangan merasa bahwa Allahlah Yang Mahakuasa. Ada yang dipandang baik dan ada yang dipandang menyebabkan kesialan termasuk dalam rangka tidak mau mengakui  bahwa kesalahan itu adalah kesalahan manusia, dengan demikian oleh anggapan itu kesalahan tersebut bukan kesalahan manusia melainkan kesalahan hari dan sebagainya. Ini adalah dalam rangka manusia tidak bertanggung jawab. Melemparkan tanggung jawab pada sesuatu hal, objek, benda, fihak, hatta pada objek abstrak sebagai penyebab keburukan atau kesialan dapatlah disebut sebagai  thiyarah.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عُرِضَتْ عَلَيَّ اْلأُمَمُ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلاَنِ وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ رُفِعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِي فَقِيلَ لِي هَذَا مُوسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَوْمُهُ وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى اْلأُفُقِ فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي انْظُرْ إِلَى اْلأُفُقِ اْلآخَرِ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي هَذِهِ أُمَّتُكَ وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ ثُمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِي أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمِ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمِ الَّذِينَ وُلِدُوا فِي اْلإِسْلاَمِ وَلَمْ يُشْرِكُوا بِاللهِ وَذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا الَّذِي تَخُوضُونَ فِيهِ فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ هُمُ الَّذِينَ لاَ يَرْقُونَ وَلاَ يَسْتَرْقُونَ وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتَ مِنْهُمْ ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ
Dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: Aku telah diperlihatkan oleh Allah beberapa golongan umat manusia. Maka aku telah melihat seorang Nabi bersamanya satu kumpulan manusia yaitu tidak lebih dari sepuluh orang. Seorang Nabi bersamanya seorang lelaki dan dua orang lelaki dan seorang Nabi tanpa seorang pun bersamanya. Tiba-tiba diperlihatkan kepada aku satu kumpulan yang besar. Aku menyangka mereka adalah dari umatku. Tetapi dikatakan kepadaku mereka adalah Nabi Musa 'alaihis-salam dan kaumnya. Lihatlah ke ufuk, lalu aku pun melihatnya, ternyata terdapat sekumpulan yang besar. Dikatakan lagi kepadaku : Lihatlah ke ufuk yang lain. Ternyata di sana juga terdapat sekumpulan yang besar. Dikatakan kepadaku : Ini adalah umatmu dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang akan memasuki Syurga tanpa dihisab dan diazab. Kemudian Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam  bangkit lalu masuk ke dalam rumahnya. Orang ramai telah berbincang mengenai mereka yang akan dimasukkan ke dalam Syurga tanpa dihisab dan diadzab. kemudian sebagian dari mereka berkata : Mungkin mereka adalah orang-orang yang selalu bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Ada pula yang mengatakan: Mungkin mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak pernah melakukan perbuatan syirik terhadap Allah. Mereka mengemukakan pendapat masing-masing. Ketika itu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam keluar menemui mereka lalu Baginda bertanya dengan bersabda : Apa yang telah kalian perbincangkan? Mereka pun menceritakan hal tersebut. Maka Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam  terus bersabda: Mereka adalah orang-orang yang tidak menggunakan mantra, tidak meminta supaya dimantra, tidak ber-thiyarah *) (mempunyai anggapan bahwa sesuatu hal, objek, benda, fihak adalah penyebab keburukan atau kesialan) dan hanya kepada Allah mereka bertawakal. Ukkasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata: Berdo'alah engkau kepada Allah semoga aku termasuk dari kalangan mereka. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : Kamu termasuk dari kalangan mereka. Kemudian berdiri seorang lelaki yang lain lalu berkata : Berdoalah engkau kepada Allah semoga aku termasuk dari kalangan mereka. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : Ukkasyah telah mendahului kamu supaya digolongkan dari kalangan mereka yang memasuki Syurga tanpa dihisab (HR. Bukhari dan Muslim)

Thiyarah *) (mempunyai anggapan bahwa sesuatu hal, objek, benda, fihak adalah penyebab keburukan atau kesialan) sebagaimana yang pernah ditujukan kepada Nabi, Rasul dan orang-orang beriman.
قَالَ يَاقَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ لَوْلاَ تَسْتَغْفِرُونَ اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ  قَالُوا اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللهِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ
Nabi Shalih berkata: "Hai kaumku mengapa kalian minta disegerakan keburukan sebelum (kalian minta) kebaikan? Hendaklah kalian meminta ampun kepada Allah, agar kalian mendapat rahmat".
Mereka menjawab: "Kami mendapat kemalangan, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu". Shaleh berkata: "Nasib kalian ada di fihak Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kalian adalah kaum yang diuji". (QS. 27/An-Naml : 46-47)

Misalkan pada mereka penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka; (yaitu) ketika Kami (Allah) mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepada kalian". Mereka menjawab: "Kalian tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kalian tidak lain hanyalah pendusta belaka".
Mereka berkata: "Rabb kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kalian. Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas".
قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ       قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ
Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kalian, sesungguhnya jika kalian tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kalian dan kalian pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami".
Para rasul itu berkata: "Kemalangan kalian itu adalah karena kalian sendiri. Apakah jika kalian diberi peringatan (kalian mengancam kami)? Sebenarnya kalian adalah kaum yang melampaui batas".(QS. 36/Yaasiin : 18-19)

Kepercayaan akan hari buruk, dengan demikian pula yang berkaitan dengannya, yaitu kepercayaan akan tempat yang tidak menguntungkan, kepercayaan akan angka sial pada perkembangannya saling mengkaidahkan akan adanya ketentuan hukum, ketentuan syarat dan rukun upacara ritual baik yang bersifat budaya, adat, tradisi maupun  bersifat keagamaan. Padahal Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa memerintahkan kepada manusia melalui perintah-Nya kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam.

قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ   وَأُمِرْتُ ِلأَنْ أَكُونَ أَوَّلَ الْمُسْلِمِينَ   قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ   قُلِ اللهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِينِي
Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya memperhambakan diri mengibadati Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) ajaran hidup. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri sebagai muslim". Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar jika aku durhaka mema'shiyati Rabb-ku".Katakanlah: "Hanya Allah saja Yang aku memperhambakan diri beribadah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) ajaran hidupku". (QS. 39/Az-Zumar : 11-14)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BULAN SUCI DIBAWAH KAKI ZIONIS

Disampaikan pada : Forum Kajian AT-TAUBAH Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK. UNDIP/RSUP Dr. Kariadi Semarang, Ahad 23 November 20...