Senin, 28 April 2014

Mendampingi Orang Sakit



(yaitu Rabb al-‘aalamiin) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang memberikan padaaku petunjuk jalan, dan Rabb-ku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat". (QS. 26/Asy-Su’araa’ : 78-82)

Sesungguhnya Allah, hanya pada fihak-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. 31/Luqmaan : 34)

Orang sakit mempunyai hak dijenguk, didampingi, dirawat dan diantarkan untuk berobat, berdo’a, bertahlil menyebut laa-ilaaha illallaah, beristighfar dan ridha menjalani apa yang menimpa dirinya.

( 1 ) Berobat : Memberi treatment sakit dengan obat

Dari Jabir dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, behwasanya beliau bersabda : Setiap penyakit ada obatnya. Jika sakit telah ditreatment obat, ia akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla. (HR. Muslim)










( 2 ) Berdo’a : Memberi treatment orang sakit dengan do’a

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhaa bahwasanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah memohon perlindungan (kepada Allah) untuk sebagian keluarganya, beliau mengusap dengan tangan kanannya, seraya beliau berdo’a : Allahumma ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah penderitaan dan sembuhkanlah, karena Engkaulah yang menyembuhkan. Tak penyembuhan kecuali penyembuhan-Mu, yaitu penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lagi. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)



( 3 ) Mentalqin : Mentalqin orang sakit menghadapi kematian

Dari Abu Sa’id Al-Khudry, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Talqinlah orang-orang yang akan meninggal dunia membaca : Laa ilaaha illallaah (HR. Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzy)







( 4 ) Permintaan Al-Baraa’

Dari Abu Qatadah, bahwasanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah beliau menanyakan Al-Barra’ bin Ma’rur. Mereka (para sahabat) berkata : ‘Dia telah wafat dan mewasiatkan sepertiga hartanya untuk engkau dan agar dihadapkan ke arah qiblat sewaktu hendak meninggal. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Dia itu berlaku pada fitrah (kebenaran) dan sungguh aku mengembalikan sepertiga hartanya kepada anak-anaknya” Kemudian beliau beranjak dan shalat atas (jenazah)-nya. Dan beliau berdo’a : Allahumma ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, masukkanlah dia ke dalam surge-Mu dan memang Engkau telah melakukannya” (HR. Al-Baihaqy dan Al-Hakim)







( 5 ) Tentang Baca Surat Yaasiin

Dari Ma’qil bin Yasar bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Yaa Siin adalah jantung Al-Qur’an dan tak seorangpun yang membacanya dengan mengharap (keridhaan ) Allah dan (balasan nilai amal) akirat melainkan ia akan diampuni-Nya. Dan bacakanlah Yaa Siin itu pada orang yang akan meninggal diantara kalian” (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa-iy, Al-Hakim dan Ibnu Hibban)

Ibnul Qatthan memandang hadits ini cacat (mudhtharib dan mauquf. Beberapa orang perawinya tidak dikenal. Sedangkan Ad-Daruquthniy mengatakan sanad hadits ini mudhtharib, isinya tidak dikenal dan tidak shahih.

( 6 ) Menutup Mata Jenazah Segera Setelah Kematian

Dari Ummu Salamah, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam datang melawat Abu Salamah, mata Abu Salamah terbuka maka beliau menutupnya kemudian beliau bersabda : “Sesungguhnya ruh jika ia dicabut akan diikuti oleh pandangannya. (HR. Muslim)







( 7 ) Menutup Jasad dengan Selimut

Dari ‘Aisayah radhiyallaahu ‘anhaa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengkhabarkan kepada Abdurrahman bin Auf bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tatkala wafat, jasadnya ditutupi dengan burd hibarah (selimut Yaman) (HR. Bukhari dan Muslim)







( 8 ) Baca Do’a

Dari Ummu Salamah, istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata : Aku mendegar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah dari seorang hambapun yang terkena mushibah lalu ia mengucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Allahumma ajjirnii fii mushibatiywa akhlif liy khairan minhaa (sesungguhnya kita ini adalahmilik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kita kembali. Allahumma ya Allah selamatkan lah aku pada mushibah yang mengenai aku ini,berilah ganti yang lebih baik darapadanya), melainkan Allah akan menyelamatkan dalam mushibah itu dan akan member ganti yang lebih baik daraipadanya.Selanjutnya cerita Ummu Salamah, Maka ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku ucapkan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam itu dan Allahpun menggantinya dengan orang yang lebih baik daripadanya, yaitu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam” (HR. Ahmad dan Muslim)


( 9 ) Dibayar Hutangnya

Dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Nyawa seorang mukmin itu tergantung kepada utangnya hingga dibayar terlebih dulu.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzy)




 


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Aku lebih layak terhadap orang-orang mukmin daripada diri mereka sendiri. Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan berutang dan tidak menyisihkan harta untuk pembayar, Kamilah akan membayarkannya. Dan jika ia meninggalkan harta, maka adalah untuk ahli warisnya.” (HR. Al-Bukhary)



( 10 ) Segerakan Pemakamannya

Dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya : Hai Ali, ada tiga perkara yang engkau jangan mengakhir-akhirkan, yaitu shalat apabila telah datang waktunya, jenazah apabilah telah tiba adanya dan janda yang telah menemukan jodohnya” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzy)

Kamis, 03 April 2014

Hadits Kotoran Binatang dan Jilatan Anjing



Hadits Kotoran Keledai

Dari Abu Nu’aim dari Zuhair dari Abu Ishaq dasri Abdur-Rahman bin Al-Aswad dari Bapaknya, bahwa ia mendengar Abdulah berkata : Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam hendak membuang air besar, maka beliau memerintahkan kepadaku untuk mencari tiga batu. Aku hanya mendapat dua batu. Aku berusaha mencari batu yang ketiga dan aku tidak mendapatkannya. Lalu aku mengambil kotoran binatang yang sudah kering kemudian aku berikan kepada beliau. Beliau mengambil dua batu itu dan beliau membuang kotoran binatang itu. Dan beliau bersabda : Ini adalah riks (diterjemahkan sebagai najis) (HR. Bukhary, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Khuzaimah)

Dalam Kitab Fathul Bary tulisan Ibnu Hajar Al-Atsqalany, juz I, hal. 254 (bukan sabda Rasul) disebutkan

Ibnu Khuzaimah dalam riwayatnya menambahkan dalam hadits ini bahwa itu adalah kotoran keledai dan Ibnu Taymiah menukil bahwa kotoran binatang itu terkhususkan pada kotoran kuda, bighal dan keledai.


Dalam Kitab Hadits tulisannya, As-Sunan, juz I, halaman 81, An-Nasaa’iy menambahkan pada hadits tersebut (bukan sabda Rasulullah) sebagai berikut :

Abu Abdur-Rahman berkata : Riks (yang diterjemahkan sebagai najis) itu makanan jin.


Hadits Kencing Onta

Terdapat beberapa riwayat yang dijadikan dasar menghukumi kotoran binatang ternak yang dagingnya dimakan, diantaranya tentang kencing onta sebagai berikut ;

Dari Sulaiman bin Harb dari Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas bin Malik, ia berkata : Orang-orang ‘Ukl dan ‘Urainah datang ke Madinah, mereka
mengalami sakit perut. Nabi menyuruh mereka mencari unta perahan dan minum air kencing dan susunya. Kemudian mereka bertolak. Manakala mereka telah sehat, mereka membunuh penggembala Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan meminum dari binatang ternak itu. Datanglah khabar itu pada permulaan siang, beliau mengutus melacak jejak mereka. Manakala (matahari) siang telah tinggi mereka didatangkan. Beliau memerintahkan memotong tangan-tangan dan kaki-kaki mereka, dan mata mereka dicungkil dan mereka diletakkan di tempat panas, mereka meminta minum dan tidak diberi minum. (Dalam riwayat yang lain disebutkan mereka dalam keadaan itu sampai mati).
Abu Qilabah mengatakan : Mereka mencuri, membunuh, kafir setelah iman dan memerangi Allah dan Rasul-Nya. (HR. Al-Bukhary)

Hadits tersebut diatas, isinya ada yang menginginkan agar tidak diceritakan. Sehingga hadits ini tidak banyak dijadikan dasar seutuhnya.

Dari Muslim bin Ibrahim dari Sallam bin Miskin dari Tsabit dari Anas, bahwasanya sejumlah orang yang adalah sakit, mereka berkata : Wahai Rasulullah, tolong kami, beri makan kami. Maka tatkala mereka telah sehat, mereka berkata : Sesungguhnya Madinah tidak sehat (bisa menyebabkan sakit) maka Allah menurunkan panas di tempat sejumlah onta  beliau. Maka beliau bersabda : Berikan minum susunya. Maka tatkala mereka sehat mereka membunuh tukang gembalanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan mereka minum dari beberapa onta beliau. Maka beliau memerintahkan melacak jejak mereka. Maka beliau memotong tangan-tangan mereka, kaki-kaki mereka dan mencongkel mata mereka. Maka aku melihat orang laki-laki dari mereka menggigit bumi dengan lisannya hingga ia mati.
Sallam berkata ; Maka sampai kepadaku bahwa Hajjaj berkata kepada Anas : Ceritakan kepadaku sekeras-kerasnya hukuman yang Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menghukumkaknnya. Maka Anas menceritakan kepada Hajjaj cerita ini. Maka pula sampai kepada Al-Hasan, Maka Al-Hasan berkata : Inginnya aku bahwa dia tidak menceritakan ini. (HR. Al-Bukhary dalam kitabnya, Ash-Shahih, Bab Ad-Dawaa’ bi-albani al-Ibil, juz XVII, halaman 444)

Catatan :
Pertama : Cerita dalam hadits tersebut diatas diceritakan oleh Anas menjawab pertanyaan Hajjaj. Pertanyaan Hajjaj sebenarnya pertanyaanyang tidak perlu ditanyakan.
Kedua : Al-Hasan ingin cerita itu tidak diceritakan, ini menunjukkan cerita itu tidak perlu dijadikan argumentasi untuk dipersalahkan atau dibenarkan sebagaimana pernyataan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam agar orang beriman menyikapi argumantasi orang Yahudi.
 


Dari Muhammad bin Yasar dari ‘Utsman bin ‘Umar dari Ali bin Al-Mubarak dari Yahya bin Abi Katsir dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, ia berkata : Adalah Ahlul-kitab membaca Taurat dalam bahasa Ibrany dan mereka menafsirkannya ke dalam bahasa Arab kepada orang-orang Muslim. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Janganlah kalian membenarkan Ahli Kitab dan jangan pula kalian mendustakannya dan katakanlah :

"Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri". (QS. 29/Al-‘Ankabuut : 46).
(HR. Al-Bukhary, dia sendirian meriwayatkan versi ini)


Katiga : Lagi pula yang menimpakan balasan adzab itu adalah Allah sebagaimana firman-Nya :

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah ajaran hidupnya dan adalah mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. (QS. 6/Al-An’aam : 159)

Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.
(QS. 5/Al-Maa-idah 98-99)

Keempat : Dengan sikap Rasulullah bahwa kotoran binatang yang disebut ar-riks itu tidak bisa dipakai untuk bersuci dan sabda beliau tentang jilatan anjing pada bejana sebagaimana pada hadits berikut ini telah cukup untuk hamba Allah di atas jejak kenabian bersikap terhadap kotaran binatang dan jilatan anjing pada bejana.

Hadits Jilatan Anjing

Dari Zuhair bin Harb dari Isma’il bin Ibrahim dari Hisyam bin Hassan dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Kesucian bejana salah seorang dari kalian jika anjing menjilatnya adalah bahwa ia mencucinya tujuh kali dan pertamanya dengan tanah” (HR. Muslim. Pada lafazh yang tidak berbeda juga  diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Al-Bayhaqy)


Manyembunyikan Ayay-ayat Allah dan Dajjal Yahudi

Mengapa sikap Rasul terhadap kotoran binatang dan jilatan anjing itu dipandang tidak cukup untuk meniti jejak kenabian . Mengapa lagi begitu bernafsu untuk berserah diri kepada tukang tafsir berteori.
Mengapa pula begitu bernafsu berislam (berserah diri) kepada tukang tafsir sedangkan Allah menggariskan hamba-Nya untuk berislam (berserah diri) kepada-Nya.

Maka apakah mereka mencari ajaran hidup yang lain dari ajaran hidup (dari) Allah, padahal kepada-Nya-lah berislam (berserah diri) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (QS. 3/Aali ‘Imraan : 83)

Dan siapakah yang lebih baik ajaran hidupnya daripada orang yang berislam (berserah diri) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti ajaran hidup Ibrahim yang lurus? Dan Allah menjadikan Ibrahim menjadi kesayanganNya. (QS. 4/An-Nisaa’ : 125)

Katakanlah (ya Muhammad): "Sesungguhnya aku dilarang mengibadati sembahan yang kalian ibadati selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Rabb-ku; dan aku diperintahkan supaya aku berislam (berserah diri) kepada Rabb semesta alam. (QS. 40/Al-Mu’min : 66)

Yang hak, legal dan absah menta’wilkan, menafsirkan ayat-ayat Allah dalam katab-Nya, setelah ayat yang lain di dalamnya dan sunnah kenabian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah ketaatan diatas jejak kenabian itu, tak ada tambal sulam ataupun perantara dari akal manusia bukan Nabi siapapun juga yang mengikat kesetiaan apalagi pengkultusan.

Cukupkan anda mengikuti ta’wil / tafsir orang yang bukan Nabi apalagi mengedepankannya, maka cukup pula bagi anda menyembunyikan ayat-ayat Allah yang seharusnya ditaati dan jejak kenabian yang seharusnya diikuti.

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila`nati Allah dan dila`nati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela`nati (QS. 2/Al-Baqarah : 159).

Cukupkan anda mengikuti ta’wil / tafsir orang yang bukan Nabi apalagi mengedepankannya, maka cukup pula bagi anda melecehkan, melancarkan serangan terhadap kehormatan hak, keabsahan dan legalitas ayat-ayat Allah, sunnah kenabian dan ketaatan Anda pada-Nya. Cukup pula bagi Anda menyembunyikan Dajjal Yahudi yang mengotaki di belakang layar yang kejahatan beratnya melancarkan operasi rencana yang diantaranya sebagai berikut :

Tiap republik melalui beberapa tahap. Tahap pertama dimulai pada masa-masa awal dengan amuk kemarahan dari mob [massa aksi gerakan rakyat] yang buta, yang terombang-ambing ke sana-ke mari, ke kanan dan ke kiri. Tahap kedua adalah demagogi (prinsip dan cara pemimpin politik memenangi dukungan rakyat dengan hasutan) yang kemudian melahirkan anarki, dan kemudian mau tak mau pasti mengarah kepada despotisme (kesewenang-wenangan). Tidak berapa lama kemudian menjadi legal dan terbuka, dan dengan demikian menjadi despotisme (kesewenang-wenangan) yang dipandang dapat dipertanggungjawabkan, tapi tidak terlihat dan tersembunyi secara rahasia. Akan tetapi, despotisme (kesewenang-wenangan) ini dapat dirasakan di dalam tangan-tangan beberapa organisasi rahasia atau lainnya, yang tindakan-tindakan mereka itu lebih tidak bermoral, karena cara kerjanya yang berada di belakang layar, di belakang segala macam agen, yang perubahannya tidak hanya tak terperi sangat mempengaruhi saja, tetapi juga sebetulnya membantu kekuatan rahasia itu dengan menyelamatkannya, berkat perubahaan-perubahan yang terus-menerus, dalam kepentingan-kepentingan untuk membelanjakan sumber-sumber dayanya pada pemberian imbalan pelayanan-pelayanan yang panjang.
Siapa dan apa kekuatan tak terlihat yang ada pada posisi untuk menumbangkan ini? Kekuatan ini persis sama dengan kekuatan yang ada pada kita ini. Gentile Masonry (Pengkulibatuan Non-Yahudi) ini secara tertutup bertindak selaku tabir antara kita dan sasaran-sasaran kita, tetapi rencana aksi kekuatan kita serta tempatnya yang sangat abadi, tetap merupakan misteri yang tidak bisa diketahui oleh publik.

BULAN SUCI DIBAWAH KAKI ZIONIS

Disampaikan pada : Forum Kajian AT-TAUBAH Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK. UNDIP/RSUP Dr. Kariadi Semarang, Ahad 23 November 20...