Kedua, doa qunut
ini merupakan permohonan agar orang-orang kafir itu mendapat hukuman dari Allah
Subhaanahu wa Ta'aalaa. Untuk dihindarkan dari malapetaka atau bahaya yang mengancam, sebagaimana
pernah dilakukan oleh Abu Bakar sebelum bertempur dengan Musailamah.
Berikut adalah hal ihwal berkenaan dengan Qunut
Qunut
adalah Taat pada Allah
Dari
Al-Mutsna, ia berkata, Ishaq telah menceritakan kepada kami, ia berkata
Muhammad bin Harb telah menceritakan kepada kami, ia berkata : Ibnu Luhai’ah
telah menceritakan kepada kami dari Darraj dari Abu Al-Haitsam dari Abu Sai’d
Al-Hudry dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
Setia huruf yang disebut Qunut disitu dari Al-Qur’an maka dialah (yang
dimaksud) ketaatan pada Allah. (Ath-Thabary : At-Tafsir Ath-Thabary, Juz : 6,
hal. 403)
Rasulullah
Berqunut Sebulan
Musaddad
telah menceritakan kepada kami, ia mengatakan : Abdurrahman bin Ziad telah
mencertiakan kepada kami, ia mengatakan : ‘Ashim telah menceritakan kepada
kami, ia berkata : Aku bertanya kepada Anas bin Malik tentang QUNUT.
Maka
Anas bin Malik berkata : Sungguh qunut
itu telah ada.
Aku
katakan : Sebelum ruku’ atau sesudahnya.
Ia
berkata : Sebelumnya
Ia
berkata : Sesungguhnya si Fulan telah mengkhabarkan kepadaku tentang engkau,
sesungguhnya engkau telah mengatakan, sesudah ruku’.
Anas
menjawab : Ia bohong, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
berqunut sesudah ruku’ sebulan yang terlihat padanya adalah beliau mengutus
sejumlah orang yang dikatakan sebagai para pembaca Al-Qur’an lebih kurang 70
orang ke sesuatu qaum dari kalangan orang musyrik dimana tanpa ( kejelasan akan
) mereka dan adalah antara mereka dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam selama sesuatu masa. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam berqunut sebulan berdo’a atas orang-orang musyrik itu. (HR. Al-Bukhary)
Rasulullah
Berqunut bagi Keselamatan Salamah bin Hisyam dkk.
Qabishah
menceritakan kepada kami bahwa Sufyan menceritakan kepada kami dari Ibnu
Dzakwan dari Al-A’raj dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :
Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berdo’a dalam qunut :
Allahumma
ya Allah,
selamatkanlah Salamah bin Hisyam. Allahumma ya Allah selamatkan Al-Walid
bin Al-Walid. Allahumma ya Allah selamatkan ‘Ayyasy bin Abi Rabi’ah. Allahumma
ya Allah selamatkanlah orang-orang yang tertindas dari kalangan orang-orang
beriman.
Allahumma
ya Allah,
hebatkanlah pengenaan siksa-Mu pada Mudhar. Allaahumma ya Allah,
jadikanlah tahun-tahunnya seperti tahun-tahunnya Yusuf. (HR. Al-Bukhary)
Rasulullah
Berqunut pada Shalat Shubuh
Musa bin Isma’il menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Sa’d
menceritakan kepada kami, Ibnu Syihab menceritakan kepada kami dari Sa’id bin
Al-Musayyab dan Abu Salamah bin ‘Abdurrahman dari Abu Hurairan radhiyallaahu
‘anhu : Bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah
jika berkehendak untuk berdo’a atas seseorang
atau berdo’a untuk seseorang beliau berqunut setelah ruku’. Maka bisa
jadi Abu Hurairah berkata : Jika Rasulullah membaca :
Maha mendengar Allah
pada orang yang memuji-Nya, Allahumma ya Rabb kami, bagi Engkaulah
segala puji. Allahumma ya Allah selamatkan Al-Walid
bin Al-Walid. Allahumma
ya Allah,
selamatkanlah Salamah bin Hisyam. Allahumma ya Allah selamatkan ‘Ayyasy bin Abi Rabi’ah.
Allahumma ya
Allah,
hebatkanlah pengenaan siksa-Mu pada Mudhar. Allaahumma ya Allah,
jadikanlah tahun-tahunnya seperti tahun-tahunnya Yusuf.
Beliau mengeraskan itu.
Dan beliau mengatakan (berdo’a)
pada sebagian dari shalat-shalat beliau pada shalat fajar : Allahumma ya
Allah, laknatlah Fulan dan Fulan kabilah-kabilah Arab.
Pada lafazh yang lain beliau
berdo’a :
Allahumma ya
Allah,
laknatlah Lahyan, Ri’l, Dzakwan dan kaum yang ma’shiyat yang telah ma’shiyat
pada Allah dan Rasul-Nya.
Hatta Allah menurunkan :
Tak ada sedikitpun
campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau
mengadzab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zhalim. (QS.
3/Aali ‘Imraan : 128)
Khubaib
bin ‘Ady Dikhubaibkan
Pada bulan Shafar tahun
4 Hijriyah sejumlah utusan dari Adhal dan Qarah meminta Rasulullah agar
mengirim pengajar Islam dan yang membacakan Al-Qur'an di daerah mereka.
Rasulullah mengirim 11 orang dipimpin oleh 'Ashim bin Tsabit. Sesampainya di
daerah Hijaz dalam perjalanan antara 'Ashfan dan Makkah yaitu tepatnya antara
Rabigh dan Jiddah, di pangkalan air Ar-Raji' milik Bani Hudzail, para utusan
dari Adhal dan Qarah itu meminta bantuan penduduk perkampungan Hudzail itu
yaitu Bani Lahyan. Ada seratus orang ahli panah mengepung para sahabat
Rasulullah itu dan membunuh para pengajar dan juru dakwah Islam itu kecuali
Khubaib bin 'Ady dan Zaid bin Ditsnah. Kemudian orang-orang Bani Lahyan itu
menjual Khubaib bin 'Ady dan Zaid bin Ditsnah ke Makkah kepada kekuatan
terbesar saat itu yang memerangi Allah, Rasul-Nya dan Islam.
Khubaib bin Ady dibeli 'Uqbah bin Al-Harits, kemudian dibunuh dengan disalib di
Tan'im oleh kekuatan dibawah ketokohan Abu Shofyan bin Harb ketika mengusung
misi ideology penolakan terhadap misi kitab-kitab Allah.
Sedangkan Zaid bin Ditsnah dibeli Shafwan bin Umayyah lalu dibunuhnya pula.
Di era sekarang fenomena menjual hamba-hamba Allah untuk kepentingan harta dan
tahta seperti itu menunjukkan tetap berlakunya tipu muslihat memperdaya manusia
diperjualbelikan kepada kekuatan yang dianggap berpengaruh besar untuk
mendapatkan kekayaan harta dan kekuasaan tahta.
Pada peristiwa yang dialami Khubaib itu menjadi jelas siapa berperan sebagai
siapa sesuai kepentingan politik, ekonomi dan ideologinya melancarkan operasi
konspirasi dan rekayasa terhadap Khubaib yang "diKhubaibkan". Bani
Lahyan menjual Khubaib untuk kepentingan ekonomi. ‘Uqbah bin Al-Harits membeli
Khubaib di samping karena dendam, ‘Uqbah bin Al-Harits menjadi bagian dari
bangsa Quraisy yang kepentingan ideologisnya menolak missi kitab-kitab Allah
yaitu Islam pada waktu itu.
Khubaib bin 'Adi berasal dari Bani Aus. Khubaib adalah sahabat Anshar, salah
seorang dari Mujahidin Badar. Khubaib menjadi bagian dari ‘Ishabah generasi terbaik, generasi pertama Mujahidin langsung di
bawah kepemimpinan kenabian. Ia termasuk orang-orang yang mengikat diri dalam
ikatan saling mempersaudarai antar orang-orang beriman yang menjadi pilar utama
sunnah kenabian berjamaah yang perjanjiannya telah ditraktatkan Rasulullah
tertulis dalam Shahifah Nabawiyah. Khubaib termasuk orang yang menjadi bagian
‘Ishabah yang disabdakan Rasulullah adalah para perindu surga di akhirat.
Bani Lahyan yang tidak pada posisi ma’mum di belakang ‘Ishabah Mujahidin dan
bukan pula menjadi bagian langsung dari ‘Ushbah Yahudi penentang missi
kitab-kitab Allah, maka posisi dan peran Bani Lahyan adalah Lahyanianisme yang
termasuk disabdakan Rasulullah berbendera ‘Ashabiyah.
Orang musyrikin Quraisy saat itu berposisi sebagai penolak missi kitab-kitab
Allah dengan dendam dan kedengkian sebagaimana mengkarakteristiki ‘Ushbah sepuluh
saudara Yusuf (Al-Qur’an, Surah Yusuf) yang hingga akhir zaman menjadi sifat
dasar Yahudi.
Khubaib bin ‘Adi pada peristiwa mana sehingga ia mati syahid disalib telah
"diKhubaibkan"oleh lahyanianisme sebagaimana Nabi Isa telah
dijesuskan oleh Dinasti Penguasa Kerajaan Riba demi uang.
Nabi
Isa Dijesuskan
30 AD, Jesus Christ in the last year
of his life uses physical force to throw the money changers out of the
temple. This was the only time during the life of his ministry in which
he used physical force against anyone.
When Jews came to Jerusalem to pay
their Temple tax, they could only pay it with a special coin, the half-shekel.
This was a half-ounce of pure silver, about the size of a quarter. It was the
only coin at that time which was pure silver and of assured weight, without the
image of a pagan Emperor, and therefore to the Jews it was the only coin
acceptable to God.
Unfortunately these coins were not
plentiful, the money changers had cornered the market on them, and so they
raised the price of them to whatever the market could bear. They used
their monopoly they had on these coins to make exorbitant profits, forcing the
Jews to pay whatever these money changers demanded.
Jesus threw the money changers out
as their monopoly on these coins totally violated the sanctity of God's house.
These money changers called for his death days later.
Pada tahun 30 M. sebagaimana diajarkan Allah, Nabi Isa mengajarkan kepada
kaumnya membayar zakat.
Manakala kaum Nabi Isa datang untuk membayar zakat di rumah ibadah, mereka
membayar dengan uang dirham 1/2 shekel yang benar-benar murni perak dan
beratnya tepat sebagaimana ketentuan. Dan dirham yang sah untuk membayar zakat
ini, uang koin yang tak ada gambar Kaisar yang mempertuhankan selain Allah.
Karena hanya koin dirham jenis inilah yang sah diterima Allah untuk membayar
zakat.
Masalahnya, koin dirham jenis ini tidak mudah diperoleh. Money changers, si
rentenir dari kaum Bani Israil, kaumnya Nabi Isa sendiri memborong koin dirham
jenis ini untuk dikuasai dari pasar..
Dengan begitu, mone ini untuk membayar zakat. Dan kaum Nabi Isa akan terpaksa
membayar berapapununtuk membeli koin dirham ini. Inilah akar radikalnya riba,
membeli uang dengan uang.
Nabi Isa mengusir money changers, si rentenir itu karena memonopoli dirham
bayar zakat itu sepenuhnya menodai kesucian rumah Allah, Baitullah.
Money cahangers, sang rentenir, akar radikal perbankan riba itu kemudian
menghasut Kaisar.
Nabi Isa divonis hkuman mati dengan disalib.
Ini bisa dikatakan Nabi Isa DIJESUSKAN oleh akar radikal perbankian riba
demi kepentingan uang tentunya.
Otorita teologi dibangun untuk diyakini publik bahwa penyaliban Isa untuk
penebusan dosa. Maka lahirlah agama Jesus Sang Penebus Dosa yang bisa menjadi
semacam pohon gharqad bagi orang-rang Yahudi yang ingkar pada Allah Subhaanahu
wa Ta'aalaa.
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam Berqunut pada Shalat ‘Isyaa’
Muhammad bin Mihran
Ar-Raazy menceritakan kepada kami : Al-Walid bin Muslim menceritakan kepada
kami : Al-Auza’iy menceritakan kepada kami dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu
Salamah dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, ia menceritakan kepada
mereka bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berqunut setelah ruku’
pada sesuatu shalat selama sebulan. Ketika beliau membaca : Sami’allaahu
liman hamidaHu, Maha mendengar Allah akan orang yang memuji-Nya, beliau
membaca pada qunutnya :
Allahumma
ya Allah
selamatkan Al-Walid bin Al-Walid, Salamah bin Hisyam dan ‘Ayyasy bin Abi
Rabi’ah.
Allahumma ya
Allah,
hebatkanlah pengenaan siksa-Mu pada Mudhar dan
jadikanlah adzab itu menjadi tahun-tahunnya seperti tahun-tahunnya
Yusuf.
Rasulullah memanjatkan do'a qunut itu pada shalat 'isya'
Dan Zuhair bin Harb menceritakan padaku, katanya :
Husain bin Muhammad menceritakan kepada kami, Syaiban menceritakan kepada kami
dari Yahya dari Abu Salamah bahwasanya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
menyampaikan kabar kepadanya bahwasnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam ketika beliau shalat ‘isyaa’ tatkala membaca : Maha Mendengar Allah
akan orang yang memuji-Nya, kemudian sebelum sujud beliau berdo’a : Allahumma
ya Allah selamatkanlah ‘Ayyasy bin Abu Rabi’ah kemudian beliau menyebut
sebagaiamana pada hadits Al-Auza’iy sampai
do’anya menyebutkan ….. seperti
tahun-tahunnya Yusuf. Dan beliau tidak menyebut apapun sesudahnya. (HR.
Al-Bukhary)
Nabi Do’a Qunut pada Shalat Shubuh dan Shahabat-shahabat Beliau
Tidak Qunut
Abu Ma’mar menceritakan kepada kami : Abdul Warits menceritakan
kepada kami : Abdul Aziz menceritakan kepada kami dari Anas radhiyallaahu
‘anhu, ia berkata : Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengutus
tujuhpuluh orang untuk suatu keperluan. Mereka dikatakan sebagai para pembaca
(Al-Qur’an). Kemudian mereka dikepung oleh kabilah-kabilah Bani Sulaim, Ri’l,
Dzakwan di Bi’r yang dikatakan milik kabilah itu yaitu Bi’r Ma’unah. Maka kaum
itu mengatakan : Demi Allah, tidaklah kalian yang kami menjadikannya sasaran,
hanya saja kami ini melangsungkan yang dihajatkan Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam. Maka kabilah-kabilah itu membunuh para utusan itu. Maka Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam berdo’a atas kabilah-kabilah itu sebulan pada shalat
shubuh. Dan itu adalah permulaan qunut sedang kami tidaklah qunut. (HR.
Al-Bukhary)
Qunut
yang Diajarkan Rasulullah pada ‘Abdullah bin ‘Abbas :
Kami meriwayatkan
dari Al-Walid bin Muslim (sebagaimana kami dikhabari oleh) Abu Abdullah
Al-Hafizh dari Abu Walid Hasan bin Muhammad Al-Faqih dari Abu Bakar Muhammad
bin Muhammad bin Muhammad bin Sulaiman dari Hisyam bin Khalid Al-Azraqi dari
Al-Walid bin Muslim dari Ibnu Juraij dari Ibnu Harmuz dari Barid bin Abi Maryam
dari Abdullah bin ‘Abbas, ia berkata : Adalah Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kami do’a yang kami panjatkan do’a itu
dalam qunut dari pada shalat shubuh :
Allahumma
ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kami dalam (golongan) orang-orang
yang Engkau telah beri petunjuk kapadanya, afiatkanlah kami dalam (golongan)
orang yang telah Engkau afiatkan, lindungilah kami dalam (golongan ) orang yang
telah Engkau beri perlindungan, berikanlah barakah kepada kami pada apa yang
Engkau berikan, peliharalah kami dari keburukan apa yang Engkau tentukan,
Engkau Maha Menentukan dan tidaklah ditentukan, sesungguhnya tiada hina
terlantar orang yang Engkau beri perlidungan. Mahasuci Engkau ya Rabb kami dan
Mahatinggi
Qunut
yang Diajarkan Jibril pada Rasulullah
Muhammad bin Abdullah
Al-Hafizh mengkhabarkan kepada kami dari Abu Al-Abas Muhammad bin Ya’qub dari
Bahr bin Nasr Al-Khaulany. Ia berkata :
Telah dibacakan atas Ibnu Wahab bahwa Mu’awiyah bin Shalih mengkhabarkan
kepadamu dari Abdul Qahir dari Khalid bin Abu ‘Imraan. Ia berkata : Telah jelas
pada kami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a (siksa)
atas Mudhar ketika Jibril datang kepada beliau. Jibril memberi isyarat kepada
beliau “Diamlah”. Kemudian beliau diam (dari do’a itu).
Jibril berkata :
Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah tidak mengutus engkau sebagai pencaci dan
tidak pula sebagai pelaknat. Dan bahwasanya Allah mengutus engkau sebagai
rahmat. Dan tidak pula Allah mengutus engkau sebagai adzab yang tiada
sesuatupun bagi engkau pada urusan itu atau untuk Allah menerima taubat mereka
atau mengadzab mereka, maka sesungguhnya mereka memang orang-orang zhalim.
Kemudian Jibril
mengajarkan kepada beliau qunut ini :
Allahumma
ya Allah, sesungguhnya kami memohon pertolongan kepada Engkau dan kami
memohon ampunan kepada Engkau. Kami beriman pada Engkau. Kami khudhu’ (tunduk
merendahkan diri) pada Engkau. Kami melepaskan dan meninggalkan orang yang
ingkar pada Engkau. Allaahumma ya Allah, hanya pada Engkau kami
mengibadati. Untuk Engkau kami shalat. Kami sujud kepada Engkau. Kami melangkah
cepat, kami bergegas menuju dan berpengharapan akan rahmat-Mu. Kami takut
terkena adzab-Mu. Kami takut akan adzab-Mu (karena) kesalahan yaitu adzab
Engkau pada orang-orang kafir yang menyusul sang utusan ini.
Dan sungguh telah
diriwayatkan dari Umar bin Khaththab radhiyallaahu ‘anhu secara shahih
dan tersambung.
Qunut
‘Umar bin Khaththab
Abu Abdullah Al-Hafizh
dan Abu Sa’id bin Abu ‘Amr mengkhabarkan kepada kami dari Abu Al-Abas Muhammad
bin Ya’qub dari Usaid bin ‘Ashim dari Al-Husain bin Hafsh dari Sufyan dari
Juraij dari ‘Atha’ dari ‘Ubaid bin ‘Umair bahwasanya ‘Umar radhiyallaahu
‘anhu berqunut sesudah ruku’, membaca :
Allahumma ya Allah, ampunilah kami dan para mukmin laki-laki
dan perempuan, para muslim laki-laki dan perempuan, tautkanlah qalbu-qlabu
mereka, maslahatkanlah yang ada pada mereka, berikanlah pertolongan kepada
mereka menghadapi musuh-Mu dan musuh mereka.
Allahumma ya Allah, laknatlah orang-orang kafir ahli kitab yang
menghalangi dari jalan-Mu, mendustakan rasul-rasul-Mu, membunuh
kekasih-kekasih-Mu.
Allahumma ya Allah, centangperenangkanlah diantara
kalimat-kalimat mereka, guncangkanlah pendirian mereka, turunkanlah adzab-Mu
pada mereka yang tak akan tertolak
mengenai kaum durjana berbuat dosa.
Dengan asma Allah yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allahumma ya Allah,
sesungguhnya kami memohon pertolongan kepada Engkau dan kami memohon ampunan
kepada Engkau. Kami memuji Engkau. Kami tidak ingkar kepada-Mu. Kami melepaskan
dan meninggalkan orang yang berbuat dosa pada Engkau.
Dengan asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allaahumma
ya Allah, hanya pada Engkau kami mengibadati. Untuk Engkau kami shalat.
Kami sujud kepada Engkau. Kami melangkah cepat, kami bergegas. Kami takut
terkena adzab-Mu. Kami takut akan adzab-Mu (karena) kesalahan. Kami berharap
akan rahmat-Mu. Sesungguhnya adzab-Mu pada orang-orang kafir pasti mengenai.
(Al Baihaqy, As-Sunanul Kubra, Juz 2, hal.
210)
Kaidah-kaidah yang Dipesankan
Kaidah-kaidah qunut,
pengajr Al-Qur'an dikhubaibkan dan Nabi Isa dijesuskan ini antara lain :
Pertama : Qunut adalah ketaatan pada Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.
Kedua : Qunut adalah sikap kenabian terhadap pengkhianatan orang-orang
dengan kekabilahan, kesukuan, kebangsaan beserta perlawanannya terhadap missi
diajarkannya Al-Qur'an untuk ditaati.
Ketiga : Qunut adalah pembelaan kenabian untuk para pejuang pengajaran
Al-Qur'an untuk dibenarkan dengan ketaatan, tidak didustakan.
Keempat : Keimanan hamba-hamba Allah adalah ketaatannya pada-Nya dengan
keniscayaannya dikhubaibkan sebagaimana nabi Isa dijesuskan untuk kepentingan
uang dari fihak para pendusta berita akan terjadinya alam akhirat dari Allah.
Ya, dikhubaibkan hanya karena hamba-hamba Allah yang beriman itu beriman.
Dan mereka (orang--orang
musyrik dan kafir) tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena
orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji
(QS. 85/Al-Buruuj : 8)