Sabtu, 07 Januari 2012

Sunnatullah


Disampaikan pada Kajian Ramadhan 1428 H/2007 M UDIKLAT PLN Semarang


Pengertian sunnatullah dimaksudkan adalah ketentuan Allah. Ketentuan Allah juga dikenal sebagai taqdir Allah dan hukum Allah. Ada juga ketentuan Allah yang dikenal sebagai qadla'

QADHA' :
Qadha' adalah kehendak terjadinya suatu kejadian yang sudah tertulis di Lauh Mahfuzh sebelum manjadi peristiwa kejadian :

مَاأصَابَ مِنْ مُصِيْبَةٍ فِى اْلأَرْضِ وَلاَ فِى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ فِى كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَالِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ 
Tiada suatu musibahpun yang terjadi di bumi atau yang langsung menimpa dirimu sendiri, melainkan sudah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfuzh sebelum musibah itu Kami tentukan terjadi. Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah (QS.57/Al-Hadid : 22)

TAQDIR  :
1.      Taqdir : Ketentuan Allah yang Mahaawal lagi Mahaakhir. Sifat taqdir Allah/sunnatullah adalah :
-          Kepastian.
-          Keteraturan
-          Sinergi

2.      Taqdir Allah pada Malaikat : Akurasi Ketundukan Sempurna.
Ketentuan-ketentuan Allah yang berlaku bagi malaikat, secara akurat sempurna dilaksanakan malaikat, beribadah, bertasbih dan memahasucikan Allah.
وَلَهُ مَنْ فِى السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانْتُوْنَ
Dan kepnyaan Dialah semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, semuanya taat dan patuh kepada-Nya. (30/Ar-Ruum : 26)

3.      Takdir Allah pada Alam (Sunnatullah tentang alam) : Akurasi Ketundukan Positif.
Taqdir Allah pada alam berupa sunnatullah (hukum Allah) yaitu ketentuan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa tentang alam yang dapat dibaca ayat-ayat-Nya (tanda-tandanya) pada ketundukan alam pada ketentuan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa itu.
خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ الَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى الَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِى ِلأَجَلٍ مُسَمًّى أَلاَهُوَالْعَزِيْزُ الْعغَفَّارُ
Dia menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dia melingkupkan malam atas siang dan melingkupkan siang atas malam. Dia menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada kadar waktu yang telah ditentukan. Ingatlah ! Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS. 39/Az-Zumar : 5)
وَالشَّمْسُ تَجْرِى لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذاَلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ
 Dan matahari bergerak pada garis edarnya. Demikian itu taqdir Allah yang Mahakuasa lagi Maha Mengetahui(QS. 36: Yaasiin Ayat : 38)
وَالْقَمَرَ قدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقديْمِ
Dan bulan Kami taqdirkan pula tempat-tempat edarnya. Sehingga manakala ia sampai ke tempat edar yang terakhir, ia kembali mengecil, melengkung seperti tandan tua (QS. 36: Yaasiin Ayat : 37)
لاَالشَّمْسُ يَنْبَغِى لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلاَ اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِوَكُلٌّ فِى فَلَكٍ يَسْبَحُوْنَ
Tidak mungkin matahari mencuri langkah mencapai kecepatan bulan, dan tanda-tanda malampun tidak dapat mendahului tanda-tanda siang. Masing-masing pada garis edarnya bertasbih (QS. 36: Yaasiin Ayat : 39)

Bertasbihnya alam sebagaimana matahari bergerak pada garis edarnya adalah ketundukan akurat pada ketentuan taqdir (sunnatullah) tentang alam. Ketundukan alam sedemikian itulah akurasi ketundukan positif pada taqdir Allah. Itu pula shalatnya alam kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.
ثُمَّ اسْتَوَىإِلَى السَّمَآءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِْلأَرْضِ ائْتِيَاطَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أًتَيْنَاطَآئِعِيْنَ
Kemudian Dia menyempurnakan penciptaan langit, ketika itu masih merupakan gas seperti awan. Lalu Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman kepadanya dan kepada bumi sekaligus : "Datanglah kalian keduanya baik dengan jalan taat maupun dalam keadaan terpaksa" Keduanya menjawab : "Kami datang dengan taat" (QS. 41/Fushshilat : 11)
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِى السَّماوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَالطَّيْرُ صَآفَّاتٍ كُلُّ قَدْ عَلِمَ صَلاَتَهُ وَتَسْبِيْحَهُ وَاللهُ عَلِيْمٌ بِمَايَفْعَلُوْنَ
Apakah kau tidak (mau) tahu bahwasanya Allahlah yang pada-Nya segala yang ada di langit dan di bumi bertasbih memahasucikan. Juga burung-burung dengan mengembangkan sayapnya di udara. Masing-masingnya sungguh tahu shalat dan tasbihnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan (QS/24 : An-Nuur : 41)

4.      Taqdir Allah pada Manusia (Sunnatullah Tentang Manusia )
Taqdir Allah pada manusia adalah ketentuan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa yang berlaku bagi manusia, yaitu syari'ah dan minhaj.
Syari'ah adalah taqdir berupa sunnatullah (hukum Allah) yaitu ketentuan universal Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa tentang manusia berkenaan dengan potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan itu misalnya : fungsi berkeyakinan, memerankan kesadaran, fungsi berfikir, memerankan spirtualitas, berperasaan, bermoralitas dan fungsi berkultur social.
Minhaj adalah adalah taqdir berupa sunnatullah (hukum Allah) yaitu ketentuan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa tentang manusia berkenaan dengan cara menggunakan potensi kemanusiaannya.
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَ مِنْهَاجًا
Untuk tiap-tiap diantaramu, Kami telah berikan system syari'ah dan manhaj cara hidup yang benar (QS. 5/Al-Maa-idah 48).
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ اْلأعْلَى  الَّذِى خَلَقَ فَسَوَّى وَالَّذِى قَدَّرَ فَهَدَى
Sucikanlah asma Rabb-mu yang Mahatinggi, yang menciptakan segalanya, lalu disempurnakanNya, menentukan taqdir (kadar) dan fungsi masing-masing lalu memberikan hidayah (petunjuk) cara menggunakannya (QS. 87/Al-A'laa : 1-3)

Pada taqdir Allah yang merupakan ketentuan-ketentuan Allah tentang malaikat, alam dan manusia itu di antara manusia terdapat beberapa akurasi ketundukan :

a.       Akurasi ketundukan positif
Akurasi ketundukan positif manusia pada taqdir (sunnatullah) tentang 'manusia' dirinya yaitu syari'ah ber-Qur'an dan minhaj memegangi sunnah Rasulullah shallallaahu 'laihi wa aalihi wa sallam inilah yeng bersinergi dengan akurasi ketundukan positif alam pada taqdir Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa dimana pada akurasi ketundukan itu alam semesta terjaga eksis tidak terjadi kehancuran. Seberapa besarkah kekuatan akurasi ketundukan itu sehingga alam semesta tetap terjaga eksis? Subhaanallaah wal-hamdulillaah wa laa ilaaha illallaah wallaahu Akbar.

b.      Akurasi ketundukan negative
Akurasi ketundukan negative adalah ketundukan manusia pada taqdir (ketentuan-ketentuan) Allah yaitu dalam hal bersyariah Qur'ani dan bermanhaj memegangi sunnah Rasulullaah shallallaahu 'alihi wa aalihi wa sallam (Manhaj nubuwwah) ia melanggar batas, menyimpang atau menjalankan cara berma'shiyat. Dalam keadaan ma'shiyat sedemikian itu ia berada di luar sinergi kekuatan bersama akurasi ketundukan positif sempurna para malaikat dan akurasi ketundukan alam semesta. Ia hanya bersinergi dengan akurasi ketundukan negative syaithan. Ketika itulah yang sebagaimana difirmankan Allah : ……..telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan akibat perbuatan manusia (QS. 30/Ar-Ruum : 41)

c.       Akurasi ketundukan negatif syaithan.
Akurasi ketundukan negative syaithan yaitu ketika manusia melanggar batas, menyimpang dari atau menjalankan cara berma'shiyat  terhadap syari'at Allah dan manhaj kenabian dengan sunnah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam. Tidak hanya terjadi kema'shiyatan pada lingkup diri sendiri, tetapi lebih dari itu kema'shiyatannya ada kekuatan pengaruh pada orang lain untuk berbuat ma'shiyat sehingga menjadi berkekuatan arus kultur. Sifat akurasi ketundukan negatif atau ma'shiyat menjadi syaithaniyah yang karakteristiknya antara lain :

-          dilatarbelakangi oleh kesombongan dan keengganan
-          kema'shiyatan dilakukan karena komitmen menolak kebenaran syari'ah ber-Qur'an dan manhaj mengikuti sunnah Nabi. Tidak termasuk dalam karakteristik ini perbuatan ma'shiyat yang dilakukan dengan penyesalan dan tetap mengakui kebenaran syari'ah ber-Qur'an dan manhaj mengikuti sunnah Nabi.
-          kema'shiyatan yang dilakukan yang mempengaruhi orang lain sehingga mendorong yang melakukan ma'shiyat lebih banyak.

d.      Akurasi ketundukan positif plus = Ihsan
Dalam pengertian ihsan yaitu memberi lebih dari kewajiban dan atau menerima kurang dari hak disinilah terjadi akurasi ketundukan positif plus. Ihsan yang terjadi apabila kewajiban yang dilebihi dengan ekstra kewajiban itu adalah kewajiban pada Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa maka ia adalah nilai plus bagi dirinya sendiri. Apabila hak diterima sebagaimana semestinya dan kewajiban dilaksanakan sebagaimana semestinya bisa dikatakan hidupnya pas-pasan. Tetapi apabila hak yang diambil melebihi semestinya dan kewajiban yang ditunaikan kurang dari semestinya maka ialah yang dikatakan merugi menuju akumulasi kebangkrutan. Di dunia tidak mempunyai deposit kebikan pada orang lain demikian pula kelak di akhirat ia tidak mempunyai saldo kebaikan bagi dirinya sendiri.
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ ِلأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
Jika kalian berbuat ihsan, berarti kalian telah berbuat ihsan untuk diri kalian sendiri, sebaliknya jika kalian berbuat keburukan maka implikasi kerusakannya kalian pikul sendiri (QS. 17/Al-Israa' : 7)

Orang yang berbuat ihsan ia berada dalam rahmat kasih sayang Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
إِنَّ رَحْمَةَ اللهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat pada orang-orang yang berlaku ihsan (QS. 7/Al-A'raaf : 56 )

Orang-orang yang dirahmati Allah itu berbuat ihsan. Ialah yang tetap bermujahadah menyempurnakan sifat kehambaan dirinya di hadapan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa dalam keadaan diketahui orang lain ataupun tidak. Tetap istiqamah dengan imannya. Kalaupun ia tak melihat Allah maka ia tetap istiqamah sadar akan pengawasan-Nya.

Pada orang yang ihsan kekuatan akurasi ketundukan positif sempurna yang ada pada para malaikat akan didukungkan solidaritasnya pada hamba Allah itu. Ini selebih dari sumberdaya sinergi kekuatan akurasi ketundukan positif alam semesta raya.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلاَّ تَخَافُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya mereka yang berkata : Rabb kami Dialah Allah, kemudian mereka tetap istiqamah, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka mengucapkan selamat : "Jangan takut jangan berduka cita. Bebrbahagialah dengan memperoleh al-Jannah yang telah dijanjikan kepadamu" (QS.41/Fushshilat : 30)

1 komentar:

BULAN SUCI DIBAWAH KAKI ZIONIS

Disampaikan pada : Forum Kajian AT-TAUBAH Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK. UNDIP/RSUP Dr. Kariadi Semarang, Ahad 23 November 20...