Selasa, 15 Februari 2011

Selamatan Setelah Pernikahan

Pertanyaan :
Assalaamu'alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh, Ustadz Ali, saya mau tanya ustadz, apakah ada contoh dari Nabi mengadakan selamatan setelah pernikahan, Ustadz?
Dari Husni, jazakumullah.

Jawaban :
Perlu difahami terlebih dulu kata ‘selamatan’
Kata selamat berarti selamat dari bencana, kemudharatan, kecelakaan, serangan, kesulitan, kesengsaraan dsb.
Tetapi apabila kata selamat itu telah diberi akhiran ‘an’ menjadi ‘selamatan’ maka pengertiannya kental dengan adat tradisi di Jawa, misalnya. Selamatan difahami sebagai upacara yang ada tatacaranya yang baku dan yang bisa berupa syarat dan rukun sebagaimana pada ritual keagamaan. Tatacara beserta syarat dan rukunnya itu terikat hubungannya dengan tempat tertentu, waktu tertentu, peristiwa tertentu dengan unsur kepercayaan atau keyakinan faham.
Ritual keagamaan atau ritus ada yang memahaminya sebagai Ritus adalah suatu tindakan, biasanya dalam bidang keagamaan, yang bersifat seremonial dan tertata. Ritus terbagi menjadi tiga golongan besar:
*       Ritus peralihan, umumnya mengubah status sosial seseorang, misalnya pernikahan, pembaptisan, atau wisuda.
*       Ritus peribadatan, di mana suatu komunitas berhimpun bersama-sama untuk beribadah, misalnya umat Muslim salat berjamaah, umat Yahudi beribadat di sinagoga atau umat Kristen menghadiri Misa
*       Ritus devosi pribadi, di mana seseorang melakukan ibadah pribadi, termasuk berdoa dan melakukan ziarah, misalnya seorang Muslim atau Muslimah menunaikan ibadah Haji.

Ritus yang mengandung pemujaan terhadap individu makhluk, ia mengandung kultus yang merusak iman. 
Seperti orang ber-‘tahlil’ artinya berdzikir menyebut Allah dengan kalimah thayyibah : laa-ilaaha-ilallaah (tiada ilah yang hak untuk diibadati kecuali Allah). Berdzikir yang diantaranya dengan ber-laa-ilaaha illallaah adalah melaksanakan perintah Allah seperti misalnya  :

Wadzkurisma Rabbika, dan berdzikirlah menyebut  Rabb engkau (QS. 73/Al-Muzzammil : 8).
Adapun ‘tahlilan’ maka kata ini  lebih dimaksudkan untuk mengikuti adanya tata cara tertentu yang bagian-bagiannya tidak utnuk diselisihi apalagi ditinggalkan.

Demikian pula kata shalawat. Bershalawat adalah berarti berdo’a kepada Allah kiranya Allah memberikan shalawat yaitu karunia, barakah dan kemurahan kepada Rasulullah, bukan berarti kata-kata yang diucapkan sebagai semacam mantra-mantra untuk dikirimkan kepada baginda Rasulullah. Bershalawat dalam arti berdo’a sedemikian ini adalah wajib dilaksanakan karena diperintahkan Allah secara lengsung dan harfiah yang tak membutuhkan tafsir dengan firman-Nya :
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (QS. 33/Al-Ahzaab : 56)

Jelas bahwa yang dimaksud bukan shalawatan sebagaimana bukan pula tahlilan dan bukan pula selamatan.
Selamatan sendiri merupakan upacara yang ada ketentuan-ketentuan yang pelakunya tidak berani menyelisihinya sehingga merupakan ritual. Selamatan itu sendiri telah digugat oleh Ustadz Abdul Aziz.


Ustadz H. Abdul Aziz, mulanya beliau adalah pemeluk agama Hindu yang taat. Beliau adalah sarjana Hindu, dipersiapkan menjadi pemangku bimbingan agama Hindu di kalangan umatnya. Seluruh saudara dan keluarganya juga beragama Hindu yang diantaranya panutan umat pada lingkupnya.
Ketika masih beragama Hindu, beliau berkedudukan yang lebih kurangnya sebanding dengan ustadz di kalangan umat Muslimin, dibawah tingkat Romo Pinandita ya'ni ulamanya. Dan beliau termasuk tim pemurtad yang mengajak Muslim masuk agama Hindu. Sasaran Hindu adalah umat yang Islamnya cuma di KTP saja. Beliau piawai memimpin upacara (ritual) 'tahlilan' (bukan berdzikir dengan tahlil yang diperintahkan Allah) untuk menjalankan tugasnya. Dalam perjalanan dakwahnya ke dalam agama Hindu, beliau merasakan adanya penentangan dari juru dakwah-juru dakwah muslim. banyak tantangan sehingga kendala tersebut diadukan kepada Romo Pinandita. Romo Panandita menganjurkan agar dia menjalani laku untuk penyempurna ilmu, Yoga Samadhi dengan mengamalkan mantra Om Tryambakam. Barang siapa yang bisa mengamalkan ilmu itu dia akan mempunyai kekuatan supernatural yang bisa menyembuhkan orang sakit, gelisah jadi tenang. Ritual itu harus dilakukan puasa tujuh hari tujuh malam, tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak menggunakan cahaya. Beliau menjalani ritual yoga Samadhi itu. Pada malam kelima, ia diserbu ribuan nyamuk. Ribuan nyamuk dilawannya dengan mantra Om Tryambakam, nyamuk itu hilang. Pada malam keenam, beliau dilanda bau busuk yang sangat tajam mencekam yang timbul dari dalam tubuhnya sendiri. Dilawannya bau bau busuk itu dengan mantra Om Tryambakam, bau busuk itu menghilang. Di hari terakhir, malam ketujuh hingga pukul 02.00 yaga samadhi itu, saat-saat yoga samadhi hampir berakhir, harapan untuk ditemui Tuhan, ternyata tak didapatkan, Tuhan itu tidak muncul. Tetapi kemudian yang muncul adalah suara takbir. Ia sadar esok harinya itu bukanlah 'iedul fithri dan 'iedul adh-ha-nya kaum Muslimin. Suara takbir dilawannya dengan mantra Om Tryambakam, suara takbir tidak hilang, malah semakin kuat. Malam ketujuh yoga samadhi telah berakhir, ia membatalkan dengan minum pada pagi hari dan sudah bisa makan pada siang harinya. Suara takbir yang sebgaimana ia dengar dikumandangkan kaum muslimin pada 'iedul fithri dan 'iedul adh-ha, kemudian ia ketahui adalah kalimah thayyibah. Allahu Akbar (Allah Mahabesar). Allahu Akbar (Allah Mahabesar). Laa ilaaha illallaah (Tiada ilah sesembahan yang diibadati kecuali Allah). Setelah segala dalil, argumentasi, hujjah yang ia peluk selama ini sebelumnya tak ada daya untuk berbunyi lagi, ia tak ada kuasanya menolak kalimah thayyibah untk konversi berserah diri (muslim), masuk Islam dan mempelajari Al-Qur’an dan Assunnah.
Dari cerita diatas bahwa kita harus ambil hikmah, bahwa Hindu punya aturan sendiri, dan Islam juga punya aturan sendiri. Perhatikan firman Allah subhanahu wa ta’ala :

وَلاَ تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang bathil.” (QS. 2/Al Baqarah : 42)
Ustadz H. Abdul 'Aziz
Tak ada contoh dari Nabi mengadakan selamatan menyusul pernikahan. Yang diajarkan Rasulullah adalah menyelenggarakan walimah.
Para ulama memasukkan walimah sebagai suatu yang wajib, hal ini didasarkan atas hadits berikut ini. Tatkala telah selesai meminang Aisyah, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam  bersabda,
إِنَّهُ لاَ بُدَّ لِلْعُرْسِ مِنْ وَلِيمَةٍ
Untuk satu pengantin (dalam riwayat lain disebutkan sepasang pengantin) harus diadakan walimah’(HR. Ahmad dan Thabrani)
Diriwayatkan Anas, ia berkata,’Tatkala Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menikahi seorang perempuan, Beliau mengutus saya untuk mengundang orang-orang makan’ (HR Bukhari dan Baihaqi). Tentang berapa lama walimah itu dilakukan, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah melakukannya selama tiga hari,’Tatkala Nabi saw menikahi Shafiyyah, Beliau menjadikan pembebasan dirinya sebagai mahar. Beliau mengadakan walimah selama tiga hari’(HR. Abu Ya’la)
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,’Bersahabatlah dengan orang-orang mukmin, dan usahakanlah makananmu hanya dimakan oleh orang-orang yang bertakwa’ (HR. Abu Dawud).
Tatkala Abdurrahman bin 'Auf hijrah ke Madinah, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam mempersaudarakannya dengan Sa’ad bin Ar Rabi’ Al-Anshari (Sa'ad mengajak Abdurrahman ke rumahnya, Sa'ad menyuguhkan makanan lalu keduanyapun makan bersama) Sa’ad berkata,’Wahai saudaraku, saya adalah penduduk Madinah yang paling kaya. Silakan tengok harta-hartaku, lalu ambillah sepruhnya. Aku juga mempunyai dua isteri (sedangkan engkau adalah saudaraku karenaAllah dan engkau belum punya isteri). Siapa diantara keduanya menarik hatimu (katakanlah kepadaku), yang telah engkau pilih itu akan aku cerai, (lalu bila ‘iddahnya sudah selesai silakan engkau nikahi). Abdurrahman menjawab,’(tidak usah begitu, demi Allah) semoga Allah memberkahi isteri dan hartamu. Tunjukkan saja kepadaku pasar’.
Merekapun menunjukkan pasar, lalu Abdurrahman pergi ke pasar. Di sana dia melakukan jual-beli dan mendapatkan keuntungan (selanjutnya dia pergi secara rutin ke pasar). Kadang-kadang dia membawa sedikit keju dan minyak samin (dari sisa dagangannya untuk keluarganya). Hal itu berlangsung lama sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Suatu ketika datang Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dengan pakaian yang penuh dengan noda-noda minyak wangi ja’faran, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya,’Ada apa denganmu?. Abdurrahman menjawab,’Wahai Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, saya telah menikah dengan wanita (Anshar)’ Beliau bertanya,’Apa maskawinnya?’. Dia menjawab,’Emas satu nawat’.
Beliau bersabda :
بَارَكَ اللهُ لَكَ أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ
Semoga Allah memberkahi pernikahanmu. Adakanlah walimah meskipun hanya dengan seekor kambing’
Abdurrahman berkata,’Kiranya saya ingin bisa mengangkat batu yang di bawahnya bisa kutemukan (emas dan perak)’(HR. Bukhari)

Rabu, 26 Januari 2011

Kultus Terhadap Makhluk Merusak Iman

Kultuskan Yesus di Afrika dan masyarakat
Micronesia lainnya berambut kriting

Bila ada yang mangatakan kultus berarti pemujaan; bentuk upacara, maka kultus mengandung makna : kepercayaan, pengabdian,  iman, perdewaan, penghormatan, upacara, ritus, ritual, pemujaan
Maka ada juga yang memahami adanya orang yang menunjukkan pengabdian yang kuat atas suatu subyek, orang, atau peristiwa yang adalah makhluk dan terus berlangsung walaupun yang diabdi itu sudah tidak ada lagi di alam nyata.
Demikian pula sosok kepercayaan dan praktek penyembahan dan pemujaan pada yang didewakan sebagai sumber nilai kehidupan.

Ali bin Abi Thalib di Jalan yang Ditempuh Rasulullah :

Hal yang menjadi muatan makna kultus yaitu antara lain kekaguman menggila, pendewaan, penghormatan bernilai ritual, pemujaan yang mengandung nuansa upacara pengabdian dan penyembahan pada yang didewakan sebagai sumber nilai kehidupan adalah hak hanya titujukan bagi Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa semata yang tiada sekutu bagi Allah, siapa dan apapun jua.
Sedangkan yang hak bagi Rasulullah, demikian juga Rasul-Rasul Allah yang lain termasuk Nabi Isa 'alaihimus-salaam sekalipun, hanyalah diikuti bukan dikultuskan sebagaiamana pengertiannya yang terakhir tersebut.  
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ 
“Katakanlah:"Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. 3/Ali ‘Imran: 31)
Yang hak bagi Rasulullah yaitu mengikuti beliau demi karena Allah memberikan kenabian dan al-kitab yang diwahyukan kepada beliau adalah mengimani beliau sebagaimana Rasul-Rasul Allah yang lain dan mentaati beliau.

Mengikuti Rasulullah, mengimani dan mentaati beliau tidak dengan pengagungan yang melampaui kenabian beliau sehingga mengkultuskan, adalah sebagaimana yang tetap menjadi pendirian Ali bin Abi Thalib.
عَنْ عِكْرِمَةَ عَن ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ عَلِيًّا كَانَ يَقُوْلُ فِي حَيَاةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ "وَاللهِ لاَ نَنْقَلِبُ عَلَى أَعْقَابِنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا اللهُ وَاللهِ لَئِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ َلأُقَاتِلَنَّ عَلَى مَا قَاتَلَ عَلَيْهِ حَتىَّ أَمُوْتَ وَاللهِ إِنِّي َلأَخُوْهُ وَوَلِيُّهُ وَابْنُ عَمِّهِ وَوَارِثُهُ فَمَنْ أَحَقُّ بِهِ مِنِّي (الطبراني)
Dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, bahwasanya 'Ali radhiyallaahu 'anhum adalah berkata pada masa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam masih hidup : "Apakah jika dia wafat atau dibunuh kalian berbalik ke belakang (keluar dari ajaran Islam, kembali ke ajaran non Islam)?" Demi Allah kami tidak akan balik ke belakang (keluar dari ajaran Islam, kembali ke ajaran non Islam) setelah Allah memberikan hidayah kepada kami. Demi Allah, sungguh jika beliau wafat atau terbunuh, aku akan berperang di jalan apa yang beliau berperang sehingga aku mati. Demi Allah, sesungguhnya aku adalah saudara beliau, kekasih beliau, anak paman beliau dan ahli waris beliau, maka siapakah yang lebih berhak dalam hubungan itu semua dengan beliau dibandingkan dengan aku ? (HR. Ath-Thabrany)

Rasulullah Melarang Orang Mengkultuskan Dirinya

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاً يُثْنِي عَلَى رَجُلٍ وَيُطْرِيهِ فِي الْمِدْحَةِ فَقَالَ لَقَدْ أَهْلَكْتُمْ أَوْ قَطَعْتُمْ ظَهْرَ الرَّجُلِ
Dari Abu Musa radhiyallaahu 'nahu katanya: Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah mendengar seorang lelaki sedang memuji seorang lelaki secara berlebih-lebihan, lalu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam segera bersabda: Sesungguhnya kalian telah menghancurkan atau mematahkan tulang punggung orang lelaki itu. (HR. Bukhari dan Muslim)

عَنْ عُبَيْدِاللهِ بْنِ عَبْدِاللهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ سَمِعَ عُمَرَ رَضِي اللهُ عَنْهُمْ يَقُولُ عَلَى الْمِنْبَرِ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لاَ تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ
Dari 'Ubaidillah bin Abdillah dari Ibnu 'Abbas, ia mendengan 'Umar radhiyallahu 'anhum berkata di atas mimbar : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Janganlah kalian mengkultuskan aku seperti orang-orang Nasrani mengkultuskan terhadap putra Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba Allah, maka katakanlah 'Abdullah (hamba Allah) dan Rasul-Nya” (HR. Al-Bukhari)
Pengkultusan terhadap putra Maryam bahkan dikatakan sebagai berikut :
Kristus dikatakan sebagai salah satu dari tiga unsur Ketuhanan (Godhead). Siapapun yang masuk ke sebuah gereja, gereja manapun yang diakui secara tradisional, bagaimanapun juga akan segera melihat absennya dua per tiga dari Ketuhanan ini secara telanjang, dengan hanya figur satu-satunya  yang terpampang, Yesus. Bapak dan Roh Tuhan telah dilupakan hampir sepenuhnya, dan sebagai gantinya Yesus Kristus mendapatkan kedudukan terkemuka (Sejarah Teks Al-Qur'an, dari Wahyu sampai Kompilasi, Kajian Perbandingan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Prof. Dr. M.M. Al-A'zami, Gema Insani, Jakarta, cet. I, 2005, hal. 299)

Pada kenyataannya ajaran Gereja yang kuat tumpuannya pada kelahiran Nabi Isa putra Maryam menjadi kekuatan kepercayaan system keagaaman Nasrani di luar diwahyukannya Injil yang murni dari Allah.
Dengan demikian mendasarkan keyakinan dan peribadatan pada kelahiran Nabi Isa putra Maryam menjadikan Nasrani sebagai agama Gereja berpemujaan pada Nabi Isa putra Maryam melebihi kenabian dan kerasulannya, dipuja sebagai juru selamat, dipuja sebagai Tuhan.
Pada gilirannya keimanan dan peribadatan Nasrani yang aslinya berdasarkan Injil yang murni diwahyukan Allah yang tidak membutuhkan hutang budi pada teologi (ilmu ketuhanan yang disusun manusia) beralihlah kepercayaan dan ritual Kristiani sepenuhnya berbasis dan bergantung pada teologi hasil susunan dan pengembangan manusia tak ada lagi ada urusan pada Injil yang asli murni diwahyukan Allah.

Ajaran Nasrani menjadi sedemikian bergantung pada teologi (ilmu ketuhanan yang disusun manusia) adalah tak dapat ditawar lagi karena bila tidak demikian Agama Gereja tidak cukup mempunyai pijakan ajaran iman sedangkan kitab suci Injil yang asli dan murni diwahyukan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa, jejaknya telah dirubah oleh Yahudi.
Efek yang menipu dari kekristianian yang sedemikian itu adalah umat Islam yang aslinya dengan Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah sama sekali tidak membutuhkan hutang budi pada teologi (ilmu ketuhanan yang disusun manusia) banyak yang dipengaruhi menjadi sedemikian bergantung pada teologi (ilmu ketuhanan yang disusun manusia). Dan bahkan tak sedikit umat Islam yang sedemikian bergantung pada teologi (ilmu ketuhanan yang disusun manusia) yang dikatasifati "Islam" menjadi tidak perlu terikat dengan Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah. Bahkan mendengar ayat-ayat Allah dalam Al-Qur'an ditilawahkan dan sunnah Rasulullah dibacakan, diberitakan dari belaiu, keduanya untuk ditaati, tak sedikit orang muslim takut menjadi dikenal literer, takut menjadi terkesan tidak moderat, takut menjadi dipandang tidak toleran, takut menjadi dihukumi jalan fikiran dan jalan fikiran manusia tidak rahmatan lil'aalamiin. Kemurkaan dan keridhaan Allah tak lagi menjadi dasar yang dikedepankan. Kemurkaan dan keridhaan Allah akhirnya dijadikan untuk mengamini jalan fikiran dan jalan perasaan manusia.

Larangan Rasulullah pada umat manusia mengkultuskan diri beliau dengan tegas janga seperti Nasrani mengkultuskan Nabi Isa bin Maryam ini makin menjadi jelas dan terang dengan melihat mengapa kalender Islam dihindarkan dari bertumpu pada kelahiran Rasulullah.
Alih-alih mensakralkan kelahiran beliau, Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa justru menyulut semangat dan kesadaran orang-orang beriman dengan firman-Nya dengan menyebutkan langsung soal kematian beliau.
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللهُ الشَّاكِرِينَ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kalian berbalik ke belakang (keluar dari ajaran Islam, kembali ke ajaran non Islam)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. 3/Aali 'Imraan : 144)

Rasulullah Bukan Sumber Manfaat, Maupun Penguasa Alam Ghaib, tak Layak Disembah
قُلْ لاَ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاءَ اللهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".(QS. 7/Al-A'raf : 188)

قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ مَا لاَ يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَاللهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Katakanlah: "Mengapa kalian menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepada kalian dan tidak (pula) memberi manfa`at?" Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 5/Al-Maaidah : 76)

Rasulullah Tak Layak Menggubah Sendiri Ayat-ayat Al-Qur'an

وَإِذَا لَمْ تَأْتِهِمْ بِآيَةٍ قَالُوا لَوْلاَ اجْتَبَيْتَهَا قُلْ إِنَّمَا أَتَّبِعُ مَا يُوحَى إِلَيَّ مِنْ رَبِّي هَذَا بَصَائِرُ مِنْ رَبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Dan apabila engkau tidak membawa suatu ayat Al Qur'an kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Rabb-ku kepadaku. Al Qur'an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Rabb kalian, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. 7/Al-A'raaf : 203)

Bahwa Rasulullah sendiri mengikuti apa yang diwahyukan pada dirinya maka tak selayaknya pula keturunan Rasulullah itu diikuti dan dimuliakan atas dasar alasan karena keturunan nasab beliau.

Beliau bersabda :
مَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ (رواه مسلم)
“Barang siapa yang lambat dalam amalnya, niscaya nasabnya tidak mempercepat amalnya tersebut.” (HR. Muslim).

Sabtu, 25 Desember 2010

Pesan Ilahiah pada Bencana Alam 26 Desember 2004

Kejadian luar biasa yang dialami sebagai musibah, ada penganut agama yang menyikapinya dengan ratapan kekal seperti adanya tembok ratapan. Adapula yang disikapi dengan penyesalan abadi sebagaimana apa yang diyakini dengan dosa warisan.
Dalam pandangan Islam musibah seperti air bah, guntur yang menghancurkan atau gempa dalam sejarah dipandang oleh orang-orang yang beriman  sebagai peristiwa yang luar biasa mengandung pesan yang sangat berharga memberikan impressi penyadaran yang mendalam yang seyogyanya ditangkap sebagai pesan ilahiah. Disamping penyikapan orang-orang beriman sejak dari dasar penyerahan diri pada ajaran yang diwahyukan ini, ada penyikapan lain yang serba tidak menguntungkan karena setidaknya tiga model lain penyikapan terhadap ajaran Islam yang diwahyukan Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa yang melatarbelakanginya.

Pertama : Umat penyembah berhala
 وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ  أَنْ لاَ تَعْبُدُوا إِلاَّ اللهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ أَلِيمٍ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan".(QS. 11/Huud : 25-26)

وَقَالُوا لاَ تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلاَ تَذَرُنَّ وَدًّا وَلاَ سُوَاعًا وَلاَ يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa`, yaghuts, ya`uq dan nasr". (QS. 71/ Nuh : 23)

Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan.
Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: "Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). (QS. 11/Huud : 36-38)

Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. (QS. 11/Huud : 40)

Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung.
(QS. 11/Huud : 42)


Kedua : Umat yang berprilaku ma’shiat

وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ
Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: "Ini adalah hari yang amat sulit." (QS. 11/Huud : 77)

وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ قَالَ يَاقَوْمِ هَؤُلاَءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ
Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: "Hai kaumku, inilah puteri-puteri (negeri) ku mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama) ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?"  (QS. 11/Huud : 78)

فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, (QS.11/Huud : 82)

إِلاَّءَالَ لُوطٍ إِنَّا لَمُنَجُّوهُمْ أَجْمَعِينَ
Kecuali Luth beserta pengikut-pengikutnya. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan mereka semuanya, (QS.15 /Al-Hijr : 59)

Ketiga : Umat yang tidak berkemauan serius menegakkan syari’at Allah

وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ وَلاَ تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِنِّي أَرَاكُمْ بِخَيْرٍ وَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُحِيطٍ  وَيَا قَوْمِ أَوْفُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ وَلاَ تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلاَ تَعْثَوْا فِي اْلأَرْضِ مُفْسِدِينَ  بَقِيَّةُ اللهِ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِحَفِيظٍ
Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu`aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)." Dan Syu`aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu." (QS. 11/Huud : 84-86)

Mereka berkata: "Hai Syu`aib, apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal."
Syu`aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku daripada-Nya rezki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.
Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Huud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu.
Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.
Mereka berkata: "Hai Syu`aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami.
Syu`aib menjawab: "Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan."
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu."
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu`aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. (QS. 11/Huud : 87-94)

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ  وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ اْلأَلِيمُ
Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,   dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. (QS.15 /Al-Hijr : 49-50)

Demikian pula peristiwa kejadian umat-umat terdahulu telah diperingatkan Allah dengan ditimpakannya bencana yang membinasakan.


Bencana alam gempa bumi dan gelombang air pasang tsunami 26 Desember 2004 lalu memberikan peringatan kepada umat manusia seluruh penduduk bumi akan 4 hal :

Peringatan pertama : Bagi orang-orang yang beriman yang menjadi korban meninggal merupakan cara Allah mengangkat derajat mereka ke setara dengan derajat mati syahid. Dan bagi orang-orang yang beriman yang masih hidup kejadian itu menjadi ujian yang mengangkat derajat kepada yang lebih tinggi yaitu derajat kesabaran. Fenomenanya dapat disaksikan pada akibat bencana 26 Desember 2004 itu di Aceh.


Foto 1 :
Masjid tetap tegak berdiri diguncang gempa
dan diterjang tsunami 2004 di Aceh,
bangunan lainnya rata dengan tanah




Peringatan kedua : Bagi orang-orang yang musyrik yaitu orang-orang yang menyembah selain Allah, maka ia merupakan peristiwa yang pernah menimpa kaum Nabi Nuh ‘alaihis-salaam. Fenomenanya dapat disaksikan pada akibat bencana 26 Desember 2004 itu di Thailand, India dsb.
Foto 2 :
Masjid tetap tegak berdiri diguncang gempa
dan diterjang tsunami 2004 di Aceh
Peringatan ketiga : Sedangkan bagi orang-oroang yang fasiq yaitu  yang berprilaku ma’shiat maka ia merupakan peristiwa yang pernah menimpa kaum Nabi Luth ‘alaihis-salaam. Fenomenanya dapat disaksikan pada akibat bencana 26 Desember 2004 itu di pantai-pantai Thailand

Foto 3 :
Masjid tetap tegak berdiri diguncang gempa
dan diterjang tsunami 2004 di Aceh

Foto 4 :
Masjid tetap tegak berdiri diguncang gempa
dan diterjang tsunami 2004 di Aceh
Peringatan keempat : Dan adapun bagi orang-orang yang tidak berkemauan serius menegakkan syari’at Allah maka ia merupakan peristiwa yang pernah menimpa kaum Nabi Sy’aib ‘alaihis-salaam. Fenomenanya dapat disaksikan pada akibat bencana 26 Desember 2004 itu di Aceh.


Adapun pesan Ilahiah dari Allah pada peristiwa musibah 26 Desember 2004 itu secara umum hendaknya menyadarkan manusia untuk melaksanakan perintah Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Muddatstsir ayat 5.
Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman :

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah (QS :  /Al-Muddatstsir : 5)

Perintah pada ayat ini adalah perintah untuk hijrah :
Pertama : hijrah dari (meninggalkan) menyembah berhala menuju mentauhidkan Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa sesuai ikrar syahadat tidak beribadah memperhambakan diri kepada selain Allah.
Kedua : hijrah dari (meninggalkan) dosa ma’shiat yaitu perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah menuju kepada ketaatan melaksanakan perintah-Nya.
Ketiga : hijrah dari (meninggalkan) ideology, ajaran hidup, faham dan way of life yang tidak diajarankan Allah menuju kepada pilihan sadar menjadi bagian perjuangan penegakan ajaran Islam.
Mulai dari saat disadarkan oleh peringatan Allah dengan gempa bumi dan gelombang pasang tsunami ini indikator ahli surga adalah hijrah dari penolakan ajaran Islam menuju kepada pilihan sadar menjadi bagian perjuangan mentaati ajaran Islam.
Hijrah dari menghindari ajaran Islam menuju kepada pilihan sadar menjadi bagian perjuangan penegakan ajaran Islam
Hijrah dari memusuhi, memfitnah dan menarjet sebagai musuh terhadap perjuangan penerapan ajaran Islam dengan menstigmanya sebagai literer, fundamentalis, radikal dengan stigma jahat menuju kepada pilihan sadar menjadi bagian perjuangan penerapan ajaran Islam.
Hijrah dari tabiat kerdil inferior terhadap karakter suku, ras, agama dan golongan membenci, mengutuk, melucuti identitas dan pembunuhan karakter ajaran Islam menuju kepada pilihan sadar menjadi bagian perjuangan pelaksanaan ajaran Islam.
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ  وَلاَ تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ  وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan materi) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-mu, bersabarlah.(QS. 74/ Al-Muddatstsir : 5-7)

Ini berarti perubahan dari enjoy dengan kehidupan yang berindukkan neraka menuju kepada perubahan diri menjadi berkarakteristik ahli surga.

Jumat, 26 November 2010

Bekerja Profesional

Bekerja profesional sebagaimana yang diajarkan kepada kita bukan hanya disiplin seseorang dengan waktu dan standar yang disepakati dengan mitra kerja. Disamping dengan persyaratan manajemen yang mesti dipenuhi sehingga dengan demikian ia adil itu, bekerja profesional juga merupakan amanah untuk adil terhadap sesama manusia, demikian juga terhadap alam limgkumgan bahkan terhadap tanam-tanaman, tumbuh-tumbuhan, binatang, para malaikat dan bahkan tehadap Dzat yang menghendaki bahwa diri kta ada.
Karena itu, bekerja profesional bukan hanya match antara kinerja manusia dan mekanisme teknologi canggih dan mutakhir yang merupakan  ketaatan hukum Sang Pencipta tentang alam melainkan juga disiplin bersemangat bekerja yang merupakan ketaatan  pada hukum-Nya tentang manusia yang ada di dalam kitab suci-Nya.
Pertama : Bekerja Mencari Karunia Allah
Bekerja professional dijalani oleh hamba Allah semata untuk membenarkan perintah Allah dan menjawabnya dengan taat.
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاَةُ فَانْتَشِرُوا فِي اْلأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللهِ وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. 62/Al-Jumu'ah : 10)

Kedua : Berdasarkan ikatan janji hamba Allah dengan Rabb semesta alam.
Janji manusia dengan yang Maha Menciptakannya telah dinyatakan sejak sebelum lahir ke dunia.
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Rabb kalian?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang tidak tahu menahu terhadap ini (keesaan Allah)", (QS. 7/Al-A'raaf : 172)

Ketiga : Berdasarkan perjanjian dengan sesama manusia
وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولاً
(Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya QS. 17/Al-Israa' : 34)
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ     الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُونَ   وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ   وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ   وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ   إِلاَّ عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ     فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ   وَالَّذِينَ هُمْ ِلأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, (QS.  23/ Al-Mu'minuun : 1-8)

وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي اْلأَرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam). (QS. 13/Ar-Ra'd : 25)

Bekerja professional berarti bekerja berdasarkan standard kesepakatan dengan sesama manusia yang mempunyai hubungan kepentingan dengan pekerjaan.
Kesepakatan antara dua fihak atau lebih merupakan ikatan perjanjian yang mengikat yang harus dipenuhi oleh yang bersangkutan untuk bekerja professional. Undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah juga merupakan ikatan perjanjian antara sesama manusia yang harus dipenuhi pula. Pengaruh, tekanan dan pemaksaan dari fihak lain ataupun atasan untuk menyimpang dari kesepakatan dan perjanjian adalah perusak profesionalisme.

Tidak memenuhi janji dirinya dengan sesama manusia menjadi baik dan benar apabila ia merupakan pelanggaran janji dirinya pada Rabb semesta alam. Demikian pula, tak ada benarnya perjanjian seorang hamba dengan Rabb-nya ditundukkan atau dimakmumkan kepada perjanjian dirinya dengan sesama manusia.

Keempat : Memenuhi Amanat

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا اْلأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kalian) apabila menerapkan hukum di antara manusia supaya kalian menerapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kalian. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. 4/An-Nisaa' : 58)


Bekerja professional tidak mengibadati selain Allah. Mengibadati selain Allah adalah musyrik, menyekutukan Allah, dosa besar yang tidak diampuni Allah. Menyekutukan Allah adalah induk kedustaan. Bekerja mencari karunia Allah yang berinduk kepada kedustaan menyekutukan Allah bukan bekerja profesional yang dikehendaki Allah.
إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ لاَ يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Sesungguhnya apa yang kalian ibadati selain Allah itu adalah berhala, dan kalian membuat dusta. Sesungguhnya yang kalian selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepada kalian; maka mintalah rezki itu di fihak Allah, dan ibadatilah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kalian akan dikembalikan. (QS.  /Al-'Ankabuut : 17)
وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللهَ لَئِنْ ءَاتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ    
Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. (QS. 9/At-Taubah : 75)
فَلَمَّا ءَاتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ
Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). (QS. 9/At-Taubah : 76)

Terjadinya kekikiran itu karena standard kemenangan dan kebahagiaan yang diletakkan Allah pada keridhaan Allah pada kataatan yaitu ketaqwaan dirinya pada Allah diganti dengan standard kekayaan materi duniawi.

فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. (QS. 9/At-Taubah : 77)

أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ وَأَنَّ اللهَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ
Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib? (QS. 9/At-Taubah : 78)
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لاَ يَجِدُونَ إِلاَّ جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. (QS. 9/At-Taubah : 79)
اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أَوْ لاَ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللهُ لَهُمْ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَاللهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS. 9/At-Taubah : 80)

BULAN SUCI DIBAWAH KAKI ZIONIS

Disampaikan pada : Forum Kajian AT-TAUBAH Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK. UNDIP/RSUP Dr. Kariadi Semarang, Ahad 23 November 20...