Sabtu, 08 Februari 2014

Peribadatan Rasial



Peribadatan Rasial dan Kenabian

Allah berfirman :

Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan.
Dan pada yang demikian itu terdapat bala’ (cobaan-cobaan) yang besar dari Rabb kalian. (QS. 2/Al-Baqarah : 49)

Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untuk kalian, lalu Kami selamatkan kalian dan Kami tenggelamkan (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kalian sendiri menyaksikan. (QS. 2/Al-Baqarah : 50)

Dari Ibnu ‘Abbas radhyallaahu ‘anhumaa, ia berkata : Nabi shallallaahu’alaihi wa sallam (hijrah) tiba di Madinah melihat Yahudi shiyam hari ‘Asyura, maka beliau bertanya : Apa ini?
Mereka berkata : Ini hari baik. Inilah hari yang Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka Musa bershiyam.
Rasulullah  shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda : Aku lebih berhak dengan Musa daripada kalian. Maka beliau bershiyam ‘Asyuraa dan memerintahkan untuk bershiyam ‘Asyura’. (HR. Al-Bukhary, Ash-Shahih, Juz VII, hal. 127)

Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa member Al-Kitab, kenabian dan sunnah kenabian kepada Nabi Musa ‘alaihis salam dan Rasulullah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.


Mereka itulah orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka Al-Kitab, hikmat (sunnah kenabian) dan kenabian. Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya (yang tiga macam itu), maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya. (QS. 6/Al-An’aam : 89)

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummy seorang Rasul di antara mereka, yang mentilawahkan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As- Sunnah Kenabian). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS. 62/Al-Jumu’ah : 2)

Peribadatan Tradisi Kebangsaan

 Dari Hisyam bin ‘Urwah dari Bapaknya, (ia berkata) bahwa ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa berkata : Adalah hari ‘Asyura’ itu kaum Quraisy bershiyam padanya pada masa jahiliah. Dan adalah Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bershiyam ‘Asyura’. Tatkala beliau (hijrah) tiba di Madinah beliau bershiyam‘Asyura’ dan memerintahkan shiyam ‘Asyura’. Tatkala (shiyam) Ramadhan difardhukan, beliau meniggalkan. (Dikatkan) Maka barangsiapa mau, ia bershiyam ‘Asyura’ dan barangsiapa mau, ia meninggalkan shiyam ‘Asyura’  (HR. Al-Bukhary, Ash-Shahih, Juz VII, hal. 125)

Peribadatan (Ritual) Yahudi berpuasa ‘Asyura’ dasarnya adalah tanggal 10 Muharram itu dianggap sebagai hari baik karena Yahudi diselamatkan dari kejaran Fir’aun, Sang Penindas, pada hari itu. Dianggapnya, karena itu Musa bershiyam. Alasan rasial Yahudi diselamatkan Tuhan dari penindasan menjadi latar belakang Yahudi beritual shiyam ‘Asyura’. Itulah peribadatan (ritual) rasial. Ini pula merupakan penegasan bahwa ritual shiyam ‘Asyura’nya Yahudi bukan ritual ketaatan pada ayat-ayat Allah dalam kitab-Nya yang diwahyukan baik dalam Taurat maupun Injil sebagai ritual diatas jejak kerasulan dan kenabian.
Alasan Yahudi beritual shiyam di hari ‘Asyura’ disebutnya karena Yahudi sebagai suatu bangsa (ras) diselamatkan Tuhan, kemudian Musa beritual shiyam pula. Ini setidaknya sebagai pemasti menurut Yahudi bahwa :
Pertama : Untuk beritual shiyam ‘Asyura’ sebagai peribadatan (ritual) rasial itu bukanlah karena Musa adalah Nabi dan Rasul Allah, bukan pula dengan ayat-ayat Allah dalam kitab-Nya, Taurat yang diwahyukan.
Kedua : Musa yang adalah Nabi dan Rasul dengan kenabian dan kitab Taurat yang diwahyukan Allah padanya, dia beritual shiyam ‘Asyura’ tunduk mengikuti peribadatan (ritual) rasial Yahudinya. Inilah dasar semua agama itu sama dan agama adalah agama hanya sebagai komponen pelengkap (kompartemen) kebangsaan.

Siapapun orangnya, apapun kebangsaannya, termasuk Yahudi, jika mentaati ayat-ayat Allah dalam-kitab-Nya dengan mengikuti jejak kenabian dan kerasulan, ia mentaati ayat-ayat Allah dalam Taurat yang diwahyukan Allah dengan mengikuti jejak kenabaian dan kerasulan Nabi Musa ‘alaihis-salam, ia mentaati ayat-ayat Allah dalam Injil yang diwahyukan Allah dengan mengikuti jejak kenabaian dan kerasulan Nabi Isa ‘alaihis-salam, ia tak ada ganjalan maupun keberatan sedikitpun bershiyam Ramadhan, mentaati ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an yang diwahyukan Allah dengan mengikuti jejak kenabaian dan kerasulan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang beliau diriwayatkan meninggalkan peribadatan (ritual) rasial ‘Asyura’.

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, mengapa kalian menyakitiku, sedangkan kalian mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian?"
Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS. 61/Ash-Shaff : 5)

Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)" Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata". (QS. 61/Ash-Shaff : 6)

Ritual kebangsaan (rasial) ‘Asyura’ dalam bentuk yang berbeda dan dikemas dengan kemasan agama kini menjadi akar radikal agama Syi’ah.


Patung Anak Sapi dari Emas Dibuat Suku Samiri

Dan (ingatlah), ketika Kami mengikat janji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kalian menjadikan patung anak sapi dari emas (sembahan kalian) sepeninggalnya dan kalian adalah orang-orang yang zhalim. (QS. 2/Al-Baqarah : 51)

Patung anak sapi dari emas dibuat oleh orang bersuku Samiri (salah satu suku Yahudi, Bani Israil) untuk dipertuhankan baik patung sebagai berhala maupun emas sebagai kekayaan, kesenangan dan kepentingan duniawi. Untuk alasan inilah baik untuk beragama maupun berideologi non agama umat manusia, utamanya zaman sekarang didominasi oleh penghindaran dari ayat-ayat Allah dengan pelemparan membuang jejak kerasulan, sunnah kenabian.

Berkata Musa: "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?" (QS. 20/Thaahaa : 95)

Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku". (QS. 20/Thaahaa : 96)

Missi Samiri Rasial Yahudi

Dengan menjadikan semua agama itu sama dan agama hanya sebagai komponen pelengkap  kebangsaan yang diterapkan di seluruh negara di dunia sekarang ini merupakan jaminan bahwa kebangsaan apapun di muka bumi ini tidak akan melampaui superioritas rasial Yahudi yang memposisikan kenabian, kerasulan dan kitab dari Allah tunduk mengikuti ritual kebangsaan (rasial) Yahudi.

Missi Samiri mempertuhankan emas (Gold) untuk menghindarkan manusia dari mempertuhankan Allah (God) yang diibadati kini menjadi pengendali jumlah dominan penduduk bumi sebagaimana dirancang dan direncanakan otak Samiri berikut ini :

Per Me reges regnant. "Melalui sayalah Raja-Raja itu memerintah." Dan ini disabdakan oleh nabi-nabi bahwa kita adalah Orang-orang Pilihan Tuhan Sendiri untuk memerintah seluruh bumi. Tuhan (God) telah menganugerahi kita kecerdasan yang setara dengan tugas kita. Apakah kecerdasan itu juga ada di pihak lain, ia masih harus bertarung melawan kita, tapi meski demikian, seorang pendatang baru itu tidak akan sebanding dengan penghuni yang telah lama mapan menetap : akan terjadi pertarungan tiada ampun di antara kita, suatu pertarungan yang belum pernah terjadi di dunia ini. Ya, dan si cerdas pada pihak lain akan datang terlalu terlambat. Seluruh roda dari mesin semua negara-negara (di seluruh dunia) bergerak dengan kekuatan motor, yang telah ada dalam genggaman kita, dan motor mesin dari negara-negara itu adalah emas (Gold). Ilmu pengetahuan tentang ekonomi politik ditemukan oleh para pini sepuh terpelajar kita yang sejak jauh sebelumnya, telah memberikan prestise tinggi kepada modal.
Modal, apabila harus bekerjasama tanpa rintangan, kita harus bebas menetapkan monopoli industri dan perdagangan; hal ini eksekusinya telah dijalankan oleh suatu tangan di balik tabir di seluruh penjuru dunia.
Sekarang ini adalah lebih penting untuk tidak mempersenjatai rakyat daripada membawa mereka ke dalam peperangan. Yang lebih penting lagi, demi kepentingan kita, adalah menggunakan nafsu-nafsu yang telah meledak terbakar daripada memadamkan apinya. Yang lebih penting lagi adalah menangkap dan menerjemahkan ide-ide atau lain-lainnya untuk disesuaikan dengan diri kita sendiri daripada memusnahkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BULAN SUCI DIBAWAH KAKI ZIONIS

Disampaikan pada : Forum Kajian AT-TAUBAH Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK. UNDIP/RSUP Dr. Kariadi Semarang, Ahad 23 November 20...