Tanggung jawab hamba adalah mentaati perintah dan larangan Allah, termasuk ketika Allah berfirman :
Janganlah
engkau adakan ilah yang diibadati yang lain di samping Allah, agar engkau tidak
menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). Dan Rabb-mu telah memerintahkan
supaya engkau jangan memperhambakan diri menngibadati selain Dia (QS.
17/Al-Israa’ : 22-23)
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang
mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu
mendapat keberuntungan. (QS. 5/Al-Maa-idah : 35)
Barangsiapa
yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. 65/Ath-Thalaaq :
2-3)
Perintah
Allah dengan jaminan-Nya bagi sang hamba itu adalah wewenang Allah Subhanahu
wa Ta’aalaa. Adapun mentaati Allah, mengibadati Allah dengan tidak
menyekutukan-Nya dengan apa dan siapapun juga lain-Nya adalah tanggung jawab
hamba.
Tetapi
itulah sejak generasi pertama manusia telah ada orang yang memaksakan kehendak
yaitu merampas wewenang Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa untuk menentukan
itu disandangkan pada diri manusia itu sendiri. Kemudian ia menentukan sendiri
untuk mendapatkan harta, status sosial dan kesenangan lainnya di dunia, walaupun
untuk menentukan perolehan kesenangan duniawi itu ia menempuh peribadatan
kepada Subyek yang dipertuhankannya.
Walaupun
untuk memburu apa yang sebenarnya telah menjadi jaminan dari Allah yang
kemudian ia tidak puas kalau ia sendiri tidak menentukan perolehan kesenangan
duniawi itu, ia menempuh pula dengan peribadatan seperti juga peribadatan
berqurban.
Walaupun
untuk mengambil paksa wewenang Allah kemudian ia pakai sendiri wewenang itu
untuk menentukan hak dirinya merebut perolehan kesenangan duniawi itu ia juga
melakukan peribadatan ritual Islami.
Itulah
yang terjadi mengapa dan bagaimana perolehannya yang menjadi pokok berita utama
bagi masyarakat yaitu orang yang nama dan beribadahnya dipandang baik tetapi
perbuatannya memakan riba, korupsi, mengkonsumsi barang haram seperti yang
sederhananya adalah rokok dan tenggelam dalam kesenangan bergaul dengan lawan
jenis yang bukan mahram menghancurkan lembaga rumah tangganya yang dibangun absah
sesuai ajaran Islam.
Maka
yang terjadi adalah menjadi dipandang baik dan mudah untuk membuat kerusakan di
bumi dan menumpahkan darah.
Ceriterakanlah
kepada mereka kisah kedua putera Adam dengan benar, ketika keduanya melaksanakan
ibadah kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua dan tidak
diterima dari yang lain. Si Tertolak ibadah qurbannya berkata : "Aku pasti
membunuhmu!" Si Terqabul ibadah qurbannya berkata : "Sesungguhnya
Allah hanya menerima (ibadah qurban) dari orang-orang yang bertakwa". "Sungguh
kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali
tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku
takut kepada Allah, Rabb semesta alam."
Kemudian
Si Terqabul ibadah Qurbannya berkata :
"Sesungguhnya
aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu
sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah
pembalasan bagi orang-orang yang zhalim." (QS. 5/Al-Maa-idah : 29)
Maka
itulah yang terjadi, Si Tertolak ibadah qurbannya terbawa melakukan perbuatan
dosa, yaitu pertama : dosa kepada saudaranya sesama manusia dan kedua
: dosanya kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa.
Maka
hawa nafsu Si Tertolak ibadah qurbannya menjadikannya menganggap mudah membunuh
saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah ia, maka jadilah ia seorang di antara
orang-orang yang merugi. (QS. 5/Al-Maa-idah : 30)
Si
Tertolak ibadah qurbannya menjadi orang yang memperlakukan jaminan Allah
sebagai barang murahan, ia merasa tidak membutuhkan solusi dari Allah yang
telah dijamin itu.
Walaupun
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyatakan :
Dari
‘Imraan bin Hushain, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallama
bersabda : Barangsiapa memutus ketergantungan kepada selain Allah untuk ia
hanya bergantung pada Allah niscaya Allah mencukupi setiap kebutuhannya dan
Allah memberinya rizki dari arah yang ia tak dapat memperhitungkannya.
Dan
barangsiapa memutus hubungan ketergantungan dirinya pada jaminan Allah untuk ia
mengandalkan yang bersifat keduniaan niscaya Allah akan menyerahkan jaminan
untuk orang itu kepada yang bersifat keduniaan itu. (HR. Ibnu Abi Hatim)
Memberikan peruntukan berjerih paya
dan berkorban demi yang rizki dan derajat social yang wewenang penjaminannya
adalah wewenang Allah serta melalaikan tanggung jawab penghambaan dirinya pada
Allah untuk melaksanakan perintah dan meninggalkan yang dilarang Allah adalah
gelap mata radikal. Bila tak gelap mata lahiriah maka secara pasti adalah gelap
mata hati. Dalam kegelapan mata ini disebut dalam bahasa Al-Qur’an sebagai
dalam azh-zhulumaat.
Kegelapan mata ini kini menguasai
permukaan bumi, diderita oleh setiap penduduknya, warga masyarakatnya.
Walaupun Allah Subhaanahu wa
Ta’aalaa telah menegaskan segala kesenangan dunia yang diburu oleh model
tertolak ibadahnya itu tidak laku untuk menebus adzab-Nya.
Sesungguhnya
orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya
dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu
dari adzab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka,
dan mereka beroleh adzab yang pedih. (QS. 5/Al-Maa-idah : 36)
Kehinaan
Gelap Mata Dikemas Undang-undang
Kehinaan
gelap mata radikal terhadap tanggung jawab diri manusia sebagai hamba Allah,
juga terhadap wewenang Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa itu makin merupakan
kehinaan karena dibuat sedemikian gila terkemas dalam kebrutalanberundang-undang dan juga jika dilihat siapa yang mendalangi, yaitu : ZionisYahudi.
Penyutradaraan
untuk gelap matanya Non Yahudi itu, permainan game konspirasi peternakan
manusianya telah digariskan oleh Sesepuh Terpelajar Zionis Yahudi yang
diantaranya digariskan sebagai berikut :
Mengesampingkan frasa yang baik, kita akan berbicara tentang
signifikansi pemikiran masing-masing, dengan perbandingan dan deduksi kita akan
menyoroti pada fakta seputarnya. Apa yang saya maksudkan untuk dikemukakan,
maka, adalah sistem kita dari dua titik pandang, yaitu diri kita sendiri (Zionis
Yahudi) dan Goyim (yakni non Yahudi).
Harus dicatat bahwa orang dengan instink buruk lebih banyak
dari pada yang baik, dan karena itu hasil terbaik dalam mengatur mereka bisa
tercapai dengan kekerasan dan terorisasi, dan tidak dengan diskusi akademis.
Setiap orang bertujuan kekuasaan, semua orang ingin menjadi diktator jika saja
dia bisa, dan sungguh jarang orang yang tidak
bersedia mengorbankan kesejahteraan semua demi menjamin kesejahteraan
mereka sendiri.
Apakah yang bisa mengekang binatang pemangsa yang disebut
manusia itu? Apakah yang bisa menjalankan fungsi untuk menjadi pembimbing
mereka sampai sekarang?
Pada mulanya susunan masyarakat mereka berlangsung
dijalankannya kekuatan brutal dan buta, setelah adanya undang-undang, yang ada
adalah mengandalkan kekuatan yang sama, hanya saja disamarkan.
Jalan
Pilihan Allah
Tak
ada jalan lain bagi hamba-hamba Allah melainkan menempuh perjalanan hidup ini
sebagai menempuh perjalanan pertaubatan kepada Allah dari setiap langkah dosa
dan dosa ini. Bertaubat dari dosa merampas kewenangan Allah untuk menentukan
ketentuan hokum dan dosa menggantungkan kemenangan kepada kesenangan dunia,
harta, tahta, dan strata dunia ini.
Dari
Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhu, bahwsanya Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallama bersabda : Barangsiapa memperbanyak istighfar (menempuh
perjalanan pertaubatan) meminta ampun kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya itu dari tiap kesulitan pemecahan masalahnya, dan dari setiap kesempitan
itu jalan keluar dan Allah member rizki pada orang itu dari arah yang tak ia
memperhitungkannya. (HR. Ibnu Abi Hatim)