Sabtu, 25 Desember 2010

Pesan Ilahiah pada Bencana Alam 26 Desember 2004

Kejadian luar biasa yang dialami sebagai musibah, ada penganut agama yang menyikapinya dengan ratapan kekal seperti adanya tembok ratapan. Adapula yang disikapi dengan penyesalan abadi sebagaimana apa yang diyakini dengan dosa warisan.
Dalam pandangan Islam musibah seperti air bah, guntur yang menghancurkan atau gempa dalam sejarah dipandang oleh orang-orang yang beriman  sebagai peristiwa yang luar biasa mengandung pesan yang sangat berharga memberikan impressi penyadaran yang mendalam yang seyogyanya ditangkap sebagai pesan ilahiah. Disamping penyikapan orang-orang beriman sejak dari dasar penyerahan diri pada ajaran yang diwahyukan ini, ada penyikapan lain yang serba tidak menguntungkan karena setidaknya tiga model lain penyikapan terhadap ajaran Islam yang diwahyukan Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa yang melatarbelakanginya.

Pertama : Umat penyembah berhala
 وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ  أَنْ لاَ تَعْبُدُوا إِلاَّ اللهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ أَلِيمٍ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan".(QS. 11/Huud : 25-26)

وَقَالُوا لاَ تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلاَ تَذَرُنَّ وَدًّا وَلاَ سُوَاعًا وَلاَ يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa`, yaghuts, ya`uq dan nasr". (QS. 71/ Nuh : 23)

Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan.
Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: "Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). (QS. 11/Huud : 36-38)

Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. (QS. 11/Huud : 40)

Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung.
(QS. 11/Huud : 42)


Kedua : Umat yang berprilaku ma’shiat

وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ
Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: "Ini adalah hari yang amat sulit." (QS. 11/Huud : 77)

وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ قَالَ يَاقَوْمِ هَؤُلاَءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ
Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: "Hai kaumku, inilah puteri-puteri (negeri) ku mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama) ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?"  (QS. 11/Huud : 78)

فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, (QS.11/Huud : 82)

إِلاَّءَالَ لُوطٍ إِنَّا لَمُنَجُّوهُمْ أَجْمَعِينَ
Kecuali Luth beserta pengikut-pengikutnya. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan mereka semuanya, (QS.15 /Al-Hijr : 59)

Ketiga : Umat yang tidak berkemauan serius menegakkan syari’at Allah

وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ وَلاَ تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِنِّي أَرَاكُمْ بِخَيْرٍ وَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُحِيطٍ  وَيَا قَوْمِ أَوْفُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ وَلاَ تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلاَ تَعْثَوْا فِي اْلأَرْضِ مُفْسِدِينَ  بَقِيَّةُ اللهِ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِحَفِيظٍ
Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu`aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)." Dan Syu`aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu." (QS. 11/Huud : 84-86)

Mereka berkata: "Hai Syu`aib, apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal."
Syu`aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku daripada-Nya rezki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.
Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Huud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu.
Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.
Mereka berkata: "Hai Syu`aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami.
Syu`aib menjawab: "Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan."
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu."
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu`aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. (QS. 11/Huud : 87-94)

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ  وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ اْلأَلِيمُ
Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,   dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. (QS.15 /Al-Hijr : 49-50)

Demikian pula peristiwa kejadian umat-umat terdahulu telah diperingatkan Allah dengan ditimpakannya bencana yang membinasakan.


Bencana alam gempa bumi dan gelombang air pasang tsunami 26 Desember 2004 lalu memberikan peringatan kepada umat manusia seluruh penduduk bumi akan 4 hal :

Peringatan pertama : Bagi orang-orang yang beriman yang menjadi korban meninggal merupakan cara Allah mengangkat derajat mereka ke setara dengan derajat mati syahid. Dan bagi orang-orang yang beriman yang masih hidup kejadian itu menjadi ujian yang mengangkat derajat kepada yang lebih tinggi yaitu derajat kesabaran. Fenomenanya dapat disaksikan pada akibat bencana 26 Desember 2004 itu di Aceh.


Foto 1 :
Masjid tetap tegak berdiri diguncang gempa
dan diterjang tsunami 2004 di Aceh,
bangunan lainnya rata dengan tanah




Peringatan kedua : Bagi orang-orang yang musyrik yaitu orang-orang yang menyembah selain Allah, maka ia merupakan peristiwa yang pernah menimpa kaum Nabi Nuh ‘alaihis-salaam. Fenomenanya dapat disaksikan pada akibat bencana 26 Desember 2004 itu di Thailand, India dsb.
Foto 2 :
Masjid tetap tegak berdiri diguncang gempa
dan diterjang tsunami 2004 di Aceh
Peringatan ketiga : Sedangkan bagi orang-oroang yang fasiq yaitu  yang berprilaku ma’shiat maka ia merupakan peristiwa yang pernah menimpa kaum Nabi Luth ‘alaihis-salaam. Fenomenanya dapat disaksikan pada akibat bencana 26 Desember 2004 itu di pantai-pantai Thailand

Foto 3 :
Masjid tetap tegak berdiri diguncang gempa
dan diterjang tsunami 2004 di Aceh

Foto 4 :
Masjid tetap tegak berdiri diguncang gempa
dan diterjang tsunami 2004 di Aceh
Peringatan keempat : Dan adapun bagi orang-orang yang tidak berkemauan serius menegakkan syari’at Allah maka ia merupakan peristiwa yang pernah menimpa kaum Nabi Sy’aib ‘alaihis-salaam. Fenomenanya dapat disaksikan pada akibat bencana 26 Desember 2004 itu di Aceh.


Adapun pesan Ilahiah dari Allah pada peristiwa musibah 26 Desember 2004 itu secara umum hendaknya menyadarkan manusia untuk melaksanakan perintah Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Muddatstsir ayat 5.
Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman :

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah (QS :  /Al-Muddatstsir : 5)

Perintah pada ayat ini adalah perintah untuk hijrah :
Pertama : hijrah dari (meninggalkan) menyembah berhala menuju mentauhidkan Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa sesuai ikrar syahadat tidak beribadah memperhambakan diri kepada selain Allah.
Kedua : hijrah dari (meninggalkan) dosa ma’shiat yaitu perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah menuju kepada ketaatan melaksanakan perintah-Nya.
Ketiga : hijrah dari (meninggalkan) ideology, ajaran hidup, faham dan way of life yang tidak diajarankan Allah menuju kepada pilihan sadar menjadi bagian perjuangan penegakan ajaran Islam.
Mulai dari saat disadarkan oleh peringatan Allah dengan gempa bumi dan gelombang pasang tsunami ini indikator ahli surga adalah hijrah dari penolakan ajaran Islam menuju kepada pilihan sadar menjadi bagian perjuangan mentaati ajaran Islam.
Hijrah dari menghindari ajaran Islam menuju kepada pilihan sadar menjadi bagian perjuangan penegakan ajaran Islam
Hijrah dari memusuhi, memfitnah dan menarjet sebagai musuh terhadap perjuangan penerapan ajaran Islam dengan menstigmanya sebagai literer, fundamentalis, radikal dengan stigma jahat menuju kepada pilihan sadar menjadi bagian perjuangan penerapan ajaran Islam.
Hijrah dari tabiat kerdil inferior terhadap karakter suku, ras, agama dan golongan membenci, mengutuk, melucuti identitas dan pembunuhan karakter ajaran Islam menuju kepada pilihan sadar menjadi bagian perjuangan pelaksanaan ajaran Islam.
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ  وَلاَ تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ  وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan materi) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-mu, bersabarlah.(QS. 74/ Al-Muddatstsir : 5-7)

Ini berarti perubahan dari enjoy dengan kehidupan yang berindukkan neraka menuju kepada perubahan diri menjadi berkarakteristik ahli surga.

BULAN SUCI DIBAWAH KAKI ZIONIS

Disampaikan pada : Forum Kajian AT-TAUBAH Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK. UNDIP/RSUP Dr. Kariadi Semarang, Ahad 23 November 20...